Saturday, July 21, 2018

Dakwah vs Makar Penguasa


Dakwah vs Makar Penguasa
Oleh : Asep Sobirin
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (123) وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (124)
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah, dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya (QS. Al-‘An’am: 123-124)

Setiap al-haq pasti berhadapan dengan bathil, dan itupun berlaku di setiap zaman (sunnatullah), tak terkecuali pada zaman para nabi dan rasul, seringkali dakwah para rasul harus berhadapan dengan para pembesar yang kafir, yang menindas para rasul dan pengikutnya, serta melakukan kooptasi ekonomi, politik dan hukum suatu negeri, di antaranya: nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam harus berhadapan dengan Raja Namrudz, penguasa kafir nan diktator, penegakkan hukum hanya berlaku bila orang yang bersangkutan berbeda pandangan dengan penguasa atau merusak ‘kebijakan’ keagamaan penguasa, maka hukuman bakar hidup-hidup yang di terima oleh sang Khalilullah ini.
Pada zaman nabi Musa ‘Alaihi Salam ada beberapa kekuatan, yaitu Fir’aun (representasi penguasa otoriter), Haman (representasi arsistektur infrastruktur), Tukang sihir, Samiri (representasi sang pembelot, pembuat anak sapi), Bal'am ibnu Ba'ura (representasi ulama jahat) dan Qorun (representasi korporasi/ekonom yang serakah dan menindas), sehingga nabi Musa ‘Alaihi Salam di bantu oleh saudaranya nabi Harun ‘Alaihi Salam membebaskan kaum Bani Israil dalam belenggu perbudakan Fir’aun cs.
Sampai pada zaman nabi Muhammad Shalallu ‘alaihi wasalam dimana kondisi ekonomi Mekkah saat itu di kuasai segelintir orang (oligapoli) dan kekuasaan politik oleh segelintir pemimpin (oligarki) dan kondisi keberagamaan yang menyembah latta dan uzza, di antara pembesar-pembesarnya adalah Abu Jahal, Abu Lahab dkk.
Kondisi dakwah para nabi dan rasul tersebut, digambarkan oleh Ibnu Katsir  ketika menafsirkan ayat di atas:
يقول تعالى: وكما جعلنا في قريتك -يا محمد -أكابر من المجرمين، ورؤساء ودعاة إلى الكفر والصد عن سبيل الله، وإلى مخالفتك وعداوتك، كذلك كانت الرسل من قبلك يُبْتَلون بذلك، ثم تكون لهم العاقبة،
Allah Swt. berfirman, “Sebagaimana Kami jadikan di dalam negerimu, hai Muhammad, pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar yang jahat serta orang-orang yang menyeru kepada kekafiran dan meng­halang-halangi jalan Allah, mereka semua menentang dan memusuhimu. Sesungguhnya di masa lalu di kalangan para rasul sebelum kamu, mereka mendapat cobaan yang sama. Akan tetapi, akibat yang terpuji pada akhirnya bagi para rasul." (Tafsirul Qur’an al-’Adzim, Juz: II, hlm. 694)
Begitulah keadaan suatu negeri bila orang-orang jahat berkuasa, mereka akan melakukan segala kebijakan yang menghalang-halangi dakwah risalah Allah Swt ini, sebagaimana Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al-An'am: 123) Yakni Kami jadikan orang-orang jahat mereka berkuasa, lalu mereka melakukan kedurhakaan di dalamnya. Apabila mereka melakukan hal tersebut, maka kami binasakan mereka dengan azab.
Tidak sedikit Nabi Muhammad Saw mengalami intimidasi, penganiayaan, pemboikotan dan upaya pembunuhan, begitupula pengikut-pengikutnya, khususnya kaum lemah (dhu'afa) dan tertindas (mustadz’afin) mendapat perlakuan dibawah rasa kemanusiaan, contohnya: Bilal bin Rabbah, keluarga Amar bin Yassir dan para sahabat yang lainnya, sehingga hijrah ke Madinah menjadi titik balik kemenangan dakwah (fathu Mekkah) Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya.
Itulah sekelumit perjalanan dakwah tiga nabi, yang menempuh perjalanan dakwah penuh liku dan duri, harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim, namun berkat kesabaran dan ketahan ujian mereka, sehingga manis dakwah bisa di rasakan, begitu pula dakwah para nabi yang lain, dan ulama sepeninggal khotamun nabiyyin, harus pula berhadapan dengan penguasa-penguasa yang dzalim pembuat makar, tidak sedikit dari mereka yang harus berakhir di penjara, bahkan di tiang gantungan, karena istiqomahnya terhadap risalah Allah Swt dan meneruskan dakwah Rasulullah Saw.
Tapi tentunya Allah Swt tidak akan diam, ketika pembela-pembela agama Allah ini di aniaya, Allah akan senantiasa menolong (Qs. Muhammad : 7) dan memenangkan jalan dakwah ini, dan kepada orang-orang yang sombong, dengan segala kerakusan akan kekuasaan dan legitimasi, yang senantiasa menghalang-halangi dakwah dan mengkriminalisasi warasatul anbiya ini, tentunya mendapat balasan yang keras dari Allah, baik di tampakan di dunia, seperti halnya Namrudz, Fir’aun, Qarun dan Abu Jahal, baik di tenggelamkan di lautan maupun di daratan, di serang dengan penyakit atau terbunuh secara hina di perang badar, bahkan orang-orang tersebut kelak di hari kiamat pasti akan tertimpa kehinaan di hadapan Allah selama-lamanya.
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment