Oleh :
Asep Sobirin
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ
أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا
بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (123) وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ
نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ
حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ
اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (124)
Dan
demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar
mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan
melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Apabila datang
sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman
sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan
kepada utusan-utusan Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan
tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi
Allah, dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya (QS.
Al-‘An’am: 123-124)
Setiap al-haq pasti berhadapan dengan bathil,
dan itupun berlaku di setiap zaman (sunnatullah), tak terkecuali pada
zaman para nabi dan rasul, seringkali dakwah para rasul harus berhadapan dengan
para pembesar yang kafir, yang menindas para rasul dan pengikutnya, serta melakukan
kooptasi ekonomi, politik dan hukum suatu negeri, di antaranya: nabi Ibrahim ‘Alaihi
Salam harus berhadapan dengan Raja Namrudz, penguasa kafir nan diktator,
penegakkan hukum hanya berlaku bila orang yang bersangkutan berbeda pandangan
dengan penguasa atau merusak ‘kebijakan’ keagamaan penguasa, maka hukuman bakar
hidup-hidup yang di terima oleh sang Khalilullah ini.
Pada zaman nabi Musa ‘Alaihi Salam ada beberapa kekuatan, yaitu Fir’aun (representasi penguasa otoriter), Haman
(representasi arsistektur infrastruktur), Tukang sihir, Samiri (representasi sang pembelot, pembuat anak sapi), Bal'am ibnu Ba'ura (representasi ulama jahat)
dan Qorun (representasi
korporasi/ekonom yang serakah dan menindas), sehingga nabi Musa ‘Alaihi
Salam di bantu oleh saudaranya nabi Harun ‘Alaihi Salam membebaskan
kaum Bani Israil dalam belenggu perbudakan Fir’aun cs.
Sampai pada zaman nabi Muhammad Shalallu ‘alaihi wasalam
dimana kondisi ekonomi Mekkah saat itu di kuasai segelintir orang (oligapoli)
dan kekuasaan politik oleh segelintir pemimpin (oligarki) dan kondisi
keberagamaan yang menyembah latta dan uzza, di antara pembesar-pembesarnya
adalah Abu Jahal, Abu Lahab dkk.
Kondisi dakwah para nabi dan rasul tersebut, digambarkan oleh
Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di
atas:
يقول تعالى: وكما جعلنا في
قريتك -يا محمد -أكابر من المجرمين، ورؤساء ودعاة إلى الكفر والصد عن سبيل الله،
وإلى مخالفتك وعداوتك، كذلك كانت الرسل من قبلك يُبْتَلون بذلك، ثم تكون لهم
العاقبة،
Allah
Swt. berfirman, “Sebagaimana Kami jadikan di dalam negerimu, hai Muhammad,
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar yang jahat serta orang-orang yang
menyeru kepada kekafiran dan menghalang-halangi jalan Allah, mereka semua
menentang dan memusuhimu. Sesungguhnya di masa lalu di kalangan para rasul
sebelum kamu, mereka mendapat cobaan yang sama. Akan tetapi, akibat yang
terpuji pada akhirnya bagi para rasul." (Tafsirul Qur’an al-’Adzim, Juz:
II, hlm. 694)
Begitulah keadaan suatu negeri bila orang-orang jahat
berkuasa, mereka akan melakukan segala kebijakan yang menghalang-halangi dakwah
risalah Allah Swt ini, sebagaimana Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: pembesar-pembesar yang jahat agar mereka
melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al-An'am: 123) Yakni Kami jadikan
orang-orang jahat mereka berkuasa, lalu mereka melakukan kedurhakaan di
dalamnya. Apabila mereka melakukan hal tersebut, maka kami binasakan mereka
dengan azab.
Tidak sedikit Nabi Muhammad Saw mengalami intimidasi,
penganiayaan, pemboikotan dan upaya pembunuhan, begitupula
pengikut-pengikutnya, khususnya kaum lemah (dhu'afa) dan tertindas (mustadz’afin) mendapat
perlakuan dibawah rasa kemanusiaan, contohnya: Bilal bin Rabbah, keluarga Amar
bin Yassir dan para sahabat yang lainnya, sehingga hijrah ke Madinah menjadi
titik balik kemenangan dakwah (fathu Mekkah) Nabi Muhammad Saw
dan para sahabatnya.
Itulah sekelumit perjalanan dakwah tiga nabi, yang menempuh
perjalanan dakwah penuh liku dan duri, harus berhadapan dengan penguasa yang dzalim,
namun berkat kesabaran dan ketahan ujian mereka, sehingga manis dakwah bisa di
rasakan, begitu pula dakwah para nabi yang lain, dan ulama sepeninggal khotamun
nabiyyin, harus pula berhadapan dengan penguasa-penguasa yang dzalim
pembuat makar, tidak sedikit dari mereka yang harus berakhir di penjara, bahkan
di tiang gantungan, karena istiqomahnya terhadap risalah Allah Swt dan meneruskan
dakwah Rasulullah Saw.
Tapi tentunya Allah Swt tidak akan diam, ketika
pembela-pembela agama Allah ini di aniaya, Allah akan senantiasa menolong (Qs.
Muhammad : 7) dan memenangkan jalan dakwah ini, dan kepada orang-orang yang
sombong, dengan segala kerakusan akan kekuasaan dan legitimasi, yang senantiasa
menghalang-halangi dakwah dan mengkriminalisasi warasatul anbiya ini,
tentunya mendapat balasan yang keras dari Allah, baik di tampakan di dunia,
seperti halnya Namrudz, Fir’aun, Qarun dan Abu Jahal, baik di tenggelamkan di
lautan maupun di daratan, di serang dengan penyakit atau terbunuh secara hina
di perang badar, bahkan orang-orang tersebut kelak di hari kiamat pasti akan
tertimpa kehinaan di hadapan Allah selama-lamanya.