إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ
لِأُولِي الْأَلْبابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً
وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا
مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (191) رَبَّنا
إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَما لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصارٍ (192) رَبَّنا إِنَّنا سَمِعْنا مُنادِياً يُنادِي لِلْإِيمانِ أَنْ
آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنا فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّئاتِنا وَتَوَفَّنا مَعَ الْأَبْرارِ (193) رَبَّنا وَآتِنا مَا وَعَدْتَنا
عَلى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنا يَوْمَ الْقِيامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعادَ
(194)
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa
yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):
'Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian,' maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbuat bakti. Ya. Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan
kepada kami dengan perantara-an rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Yahya
Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qumi dari Ja'far ibnu Abul
Mugirah, dari Said ibnu Jubair dari Ibnu Abbas' yang menceritakan bahwa
orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi, lalu berkata,
"Mukjizat apakah yang dibawa oleh Nabi Musa kepada kalian?"
Orang-orang Yahudi menjawab, "Tongkat dan tangannya yang tampak putih bagi
orang-orang yang memandang." Mereka datang kepada orang-orang Nasrani,
lalu bertanya, "Apakah yang dilakukan oleh Nabi Isa?" Orang-orang
Nasrani menjawab, "Dia dapat menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya,
orang yang berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang-orang yang
mati." Mereka datang kepada Nabi Saw. dan berkata, "Berdoalah kepada
Allah, semoga Dia menjadikan bagi kami Bukit Safa ini menjadi emas." Maka
turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190) Karena itu, renungkanlah oleh
kalian hal tersebut.
Riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat
ini adalah ayat Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar
Bukit Safa menjadi emas adalah di Mekah.
Makna ayat ialah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.
(Ali Imran: 190)
Yakni yang ini dalam ketinggiannya dan
keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya,
dan semua yang ada pada keduanya benipa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi
amat besar, seperti bintang-bintang yang beredar dan yang tetap, lautan,
gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan
buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam
manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.
{وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ}
dan silih bergantinya malam dan siang. (Ali
Imran: 190)
Maksudnya, saling bergiliran dan saling
mengurangi panjang dan pendeknya; adakalanya yang ini panjang, sedangkan yang
lainnya pendek, kemudian keduanya menjadi sama. Setelah itu yang ini mengambil
sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum
itu pendek, dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan
berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Karena
itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (Ali Imran: 190)
Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki
kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu
dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya dengan
orang yang tuli dan bisu serta orang-orang yang tak berakal. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْها وَهُمْ عَنْها مُعْرِضُونَ وَما
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling
darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).
(Yusuf: 105-106)
Selanjutnya Allah menjelaskan ciri khas
orang-orang yang berakal, melalui firman berikutnya. Mereka adalah:
{الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ}
Orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. (Ali Imran: 191)
Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain
dengan melalui Imran ibnu Husain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«صَلِّ
قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبِكَ»
Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu
berdiri, maka salatlah sambil duduk; dan jika kamu tidak mampu sambil duduk,
maka salatlah dengan berbaring pada lambungmu.
Mereka tidak pernah terputus dari berzikir
mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka. Lisan, hati, dan jiwa mereka semuanya
selalu mengingat Allah Swt.
{وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ}
dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. (Ali Imran: 191)
Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di
dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya,
pengetahuan-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya, dan rahmat-Nya.
Syekh Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan,
"Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada sesuatu pun yang
terlihat oleh mataku melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu
nikmat kepadaku padanya, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran."
Demikianlah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam Kitabut
Tawakkul wal I'tibar.
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa ia
pernah mengatakan, "Berpikir selama sesaat lebih baik daripada berdiri
salat semalam."
Al-Fudail mengatakan bahwa Al-Hasan pernah
berkata, "Pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan kepadamu
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu."
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa pikiran
merupakan cahaya yang memasuki hatimu. Adakalanya ia mengucapkan tamsil untuk
pengertian tersebut melalui bait syair ini:
إِذَا الْمَرْءُ كَانَتْ لَهُ فِكْرَةٌ ... فِفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ عِبْرَةٌ
Apabila
seseorang menggunakan akal pikirannya, maka pada segala sesuatu terdapat
pelajaran baginya.
Disebutkan dari Isa a.s. bahwa ia pernah
mengatakan.”Beruntunglah bagi orang yang ucapannya adalah zikir, diamnya
berpikir. dan pandangannya sebagai pelajaran."
Luqmanul Hakim mengatakan, "Sesungguhnya
lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan lama berpikir merupakan jalan yang
menunjukkan ke pintu surga."
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa tidak
sekali-kali seseorang lama menggunakan pemikirannya melainkan ia akan mengerti,
dan tidak sekali-kali seseorang mengerti melainkan mengetahui, dan tidak
sekali-kali pula seseorang mengetahui melainkan beramal.
Umar ibnu Abdul Aziz mengatakan, "Berbicara
untuk berzikir kepada Allah Swt. adalah baik, dan berpikir tentang
nikmat-nikmat Allah lebih utama daripada ibadah."
Mugis Al-Aswad mengatakan, "Ziarahilah kubur
setiap hari, niscaya menggugah pikiran kalian. Saksikanlah adegan hari kiamat dengan
hati kalian, dan renungkanlah kedua golongan yang pergi ke dalam surga dan yang
masuk ke dalam neraka. Gugahlah hati kalian dan tubuh kalian agar mengingat
neraka dan beraneka ragam siksaan yang ada di dalamnya." Bila perkataannya
sampai di situ, maka ia menangis, hingga tubuhnya diangkat oleh murid-muridnya
karena pingsan.
Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa seorang
lelaki bersua dengan seorang rahib di dekat sebuah kuburan dan tempat
pembuangan sampah. Lalu ia memanggil rahib itu dan mengatakan kepadanya,
"Hai rahib, sesungguhnya padamu terdapat dua perbendaharaan di antara
perbendaharaan-perbendaharaan dunia. Keduanya mengandung pelajaran bagimu,
yaitu perbendaharaan kaum lelaki dan perbendaharaan harta benda."
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, bila ia ingin
menyegarkan hatinya, maka ia datang ke tempat yang telah ditinggalkan oleh
penghuninya (karena sudah rusak). Kemudian ia berdiri di depan pintunya, lalu
berseru dengan suara yang lirih seraya mengatakan, "Ke manakah
penghunimu?" Kemudian ia mengoreksi dirinya sendiri dan membacakan
firman-Nya:
{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ}
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat
Allah. (Al-Qashash: 88)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah
mengatakan, "Dua rakaat yang lamanya pertengahan dengan bertafakkur adalah
lebih baik daripada berdiri salat sepanjang malam, sedangkan hatinya
lupa."
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Hai anak
Adam, makanlah (isilah) sepertiga perutmu dengan makanan, dan sepertiga lagi
dengan minuman, dan kosongkanlah sepertiga lainnya untuk memberikan udara segar
dalam bertafakkur."
Salah seorang yang bijak mengatakan,
"Barang siapa memandang dunia tanpa dibarengi dengan pandangan mengambil
pelajaran, maka akan padamlah sebagian dari pandangan mata hatinya sesuai
dengan kelalaiannya."
Bisyr ibnul Haris Al-Hafi mengatakan,
"Seandainya manusia bertafakkur merenungkan keagungan Allah Swt., niscaya
mereka tidak berani berbuat durhaka kepada-Nya."
Al-Hasan meriwayatkan dari Amir ibnu Abdu Qais
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar bukan hanya dari seorang, dua
orang, atau tiga orang dari kalangan sahabat Nabi Saw. Semuanya mengatakan,
"Sesungguhnya sinar keimanan atau cahaya keimanan itu adalah
tafakkur."
Diriwayatkan dari Isa a.s., bahwa ia pernah
mengatakan, "Hai anak Adam yang lemah, bertakwalah kamu kepada Allah di
mana pun kamu berada. Jadilah kamu di dunia ini orang yang lemah, jadikanlah
masjid-masjid sebagai tempat tinggal, ajarkanlah kepada kedua matamu menangis,
juga kepada badanmu untuk bersabar, dan kepada hatimu untuk bertafakkur.
Janganlah engkau pedulikan tentang rezeki keesokan hari."
Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnu
Abdul Aziz r.a., bahwa ia pernah menangis di suatu hari di antara
teman-temannya. Ketika ditanyakan kepadanya mengapa dia menangis, ia menjawab,
"Aku sedang memikirkan perihal dunia dan kesenangan serta nafsu
syahwatnya, maka aku dapat mengambil pelajaran dari-nya. Yaitu setiap kali
nafsu syahwat belum terlampiaskan, maka terlebih dahulu dikeruhkan oleh
kepahitannya. Sekiranya di dalam dunia tidak terdapat pelajaran bagi orang yang
memikirkannya, sesungguhnya di dalam dunia terdapat peringatan bagi orang yang
mengingat."
Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa Al-Husain ibnu
Abdur Rahman pernah mengucapkan syair-syair berikut kepadanya, yaitu:
Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur,
kesenangan orang mukmin adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah
semata, kami semua berada dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir)
umurnya telah habis, sedangkan dia tidak menyadarinya. Banyak kehidupan
terpenuhi semua yang dicita-citakannya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik
air dari mata air, naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar, dan
buah-buahan yang masak, semuanya itu menjadi berubah oleh lewatnya masa yang
begitu cepat; demikian pula pemilik-nya. Kami memuji kepada Allah semata,
sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika ia
menggunakan akal pikirannya.
Allah Swt. mencela orang yang tidak mau mengambil
pelajaran dari makhluk-Nya yang menunjukkan kepada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya,
syariat-Nya, takdir-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي
السَّماواتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْها وَهُمْ عَنْها مُعْرِضُونَ وَما
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedangkan mereka berpaling
darinya. Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).
(Yusuf: 105-106)
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang mukmin melalui
ayat berikut ini:
{الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هَذَا بَاطِلا}
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia." (Ali Imran: 191)
Tidak sekali-kali Engkau ciptakan semuanya
sia-sia melainkan dengan sebenarnya, agar orang-orang yang berbuat buruk dalam
per-buatannya Engkau berikan balasan yang setimpal kepada mereka, dan Engkau
berikan pahala yang baik kepada orang-orang yang berbuat baik.
Kemudian orang-orang mukmin menyucikan Allah dari
perbuatan sia-sia dan penciptaan yang batil. Untuk itu mereka mengatakan. yang
disitir oleh firman-Nya:
{سُبْحَانَكَ}
Mahasuci Engkau. (Ali Imran: 191)
Yaitu Mahasuci Engkau dari perbuatan menciptakan
sesuatu dengan sia-sia.
{فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}
maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali Imran: 191)
Peliharalah kami, wahai Tuhan yang menciptakan
semua makhluk dengan sebenarnya dan adil. Wahai Tuhan Yang Mahasuci dari segala
kekurangan, cela dan perbuatan sia-sia, peliharalah kami dari azab neraka
dengan upaya dan kekuatan-Mu. Berilah kami taufik (bimbingan) untuk mengerjakan
amal-amal yang menyebabkan Engkau rida kepada kami. Berilah kami taufik kepada
amal saleh yang dapat menuntun kami ke dalam surga yang penuh dengan
kenikmatan. Lindungilah kami dari azab-Mu yang amat pedih. Kemudian mereka
mengatakan:
{رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ
فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang
Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia. (Ali
Imran: 192)
Telah Engkau hinakan dan Engkau tampakkan
kehinaannya di mata semua makhluk yang hadir di hari perhimpunan (hari kiamat).
{وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ}
dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolong pun. (Ali Imran: 192)
Kelak di hari kiamat, tiada seorang pun yang
dapat melindungi mereka dari azab-Mu dan mereka tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari apa yang Engkau kehendaki terhadap mereka.
{رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلإيمَانِ}
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman. (Ali Imran: 193)
Yaitu seorang penyeru yang menyeru kepada iman.
Dia adalah Rasulullah Saw.
{أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا}
(yaitu), "Berimanlah kalian kepada Tuhan
kalian ", maka kami pun beriman. (Ali Imran: 193)
Dia mengatakan, "Berimanlah kalian kepada
Tuhan kalian!" Maka kami beriman. Dengan kata lain, kami memenuhi
seruannya dan mengikutinya, yakni dengan iman kami dan kami mengikuti Nabi-Mu.
{رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا}
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa
kami. (Ali Imran: 193)
Maksudnya, tutupilah dosa-dosa kami (maafkanlah
dosa-dosa kami).
{وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا}
dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami. (Ali Imran: 193)
Yakni kesalahan-kesalahan yang kami lakukan
terhadap Engkau.
{وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ}
dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
banyak berbuat bakti. (Ali Imran: 193)
Artinya, masukkanlah kami ke dalam golongan
orang-orang yang saleh.
{رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى
رُسُلِكَ}
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah
Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. (Ali
Imran: 194)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami. sebagai
balasan atas iman kepada rasul-rasul-Mu". Menurut pendapat yang lainnya
lagi, maksudnya adalah "apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui
lisan rasul-rasul-Mu'. Makna yang kedua ini lebih kuat dan lebih jelas.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ
عَيَّاشٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي عِقَال، عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَسْقَلان أَحَدُ الْعَرُوسَيْنِ، يَبْعَثُ اللَّهُ
مِنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَبْعِينَ أَلْفًا لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ،
وَيَبْعَثُ مِنْهَا خَمْسِينَ أَلْفًا شُهَدَاءَ وُفُودًا إِلَى اللَّهِ، وَبِهَا
صُفُوف الشهداء، رؤوسهم مُقَّطعة فِي أَيْدِيهِمْ، تَثِجّ أَوْدَاجُهُمْ دَمًا،
يَقُولُونَ: {رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ} فَيَقُولُ: صَدَق عَبْدِي،
اغْسِلُوهُمْ بِنَهْرِ الْبَيْضَةِ. فَيَخْرُجُونَ مِنْهُ نَقَاءً بِيضًا،
فَيَسْرَحُونَ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شاؤوا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Anir
ibnu Muhammad, dari Abu Iqal, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Ada dua golongan manusia yang menjadi
pusat perhatian manusia, Allah membangkitkan salah satunya kelak di hari kiamat
sebanyak tujuh puluh ribu orang yang tidak ada hisab atas diri mereka. Darinya
Allah membangkitkan sebanyak lima puluh ribu orang syuhada, mereka adalah
delegasi-delegasi yang menghadap kepada Allah. Di antara mereka yang lima puluh
ribu orang itu terdapat barisan para syuhada yang kepala mereka dalam keadaan
terpotong dan berada di tangannya masing-masing, sedangkan wajah mereka
berlumuran dengan darah seraya mengucapkan: 'Ya Tuhan kami, berilah kami
apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul
Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau
tidak menyalahi janji.' (Ali Imran: 194) Maka berfirmanlah Allah Swt, 'Benarlah
hamba-hamba-Ku, mandikanlah mereka di dalam sungai putih.' Akhirnya mereka
keluar dari sungai itu dalam keadaan bersih lagi putih, lalu mereka
berjalan-jalan di dalam surga menurut apa yang disukainya."
Hadis ini termasuk hadis garib yang ada di
dalam kitab musnad. Di antara mereka ada yang menilainya sebagai hadis maudu'.
{وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. (Ali Imran: 194)
Yakni di hadapan mata semua makhluk.
{إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ}
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.
(Ali Imran: 194)
Sudah merupakan kepastian adanya hari yang
dijanjikan yang Engkau beritakan melalui rasul-rasul-Mu, yaitu hari kiamat.
hari di mana semua makhluk berdiri di hadapan-Mu.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ سُرَيْج حَدَّثَنَا
الْمُعْتَمِرُ، حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُنْكَدِرِ؛ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَهُ: أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَارُ وَالتَّخْزِيَةُ
تَبْلُغُ مِنَ ابْنِ آدَمَ فِي الْقِيَامَةِ فِي الْمَقَامِ بَيْنَ يَدَيِ
اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، مَا يَتَمَنَّى الْعَبْدُ أَنْ يُؤْمَرَ بِهِ إِلَى
النَّارِ"
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Hafiz Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Al-Mutabar,
telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Munkadir, bahwa Jabir ibnu Abdullah pernah menceritakan
kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Keaiban dan kehinaan yang
dialami oleh anak Adam (yang berdosa) kelak di hari kiamat di hadapan Allah
Swt. mencapai tingkatan yang membuat diri si orang yang bersangkutan berharap
agar dirinya segera dimasukkan ke dalam neraka (karena malu yang sangat).
Hadis berpredikat garib.
Telah disebutkan di dalam sebuah hadis bahwa
Rasulullah Saw. acapkali membaca sepuluh ayat dari akhir surat Ali Imran ini
apabila bangkit di sebagian malam hari untuk tahajudnya. Untuk itu Imam Bukhari
mengatakan:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي
مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ بْنُ أَبِي نَمْر، عَنْ كُرَيب عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بِتُّ عِنْدَ
خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ، فَلَمَّا كَانَ ثُلث اللَّيْلِ
الْآخِرِ قَعد فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: {إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي
الألْبَابِ} ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَنَّ. فَصَلَّى إِحْدَى عَشْرَة
رَكْعَةً. ثُمَّ أَذَّنَ بلالٌ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى
بِالنَّاسِ الصُّبْحَ.
telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu
Maryam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepadaku Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Kuraib, dari Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan bahwa ia tidur di rumah bibinya (yaitu Siti Maimunah). Lalu
Rasulullah Saw. bercakap-cakap dengan istrinya selama sesaat. kemudian beliau
tidur. Ketika malam hari tinggal sepertiganya lagi, beliau bangun dan duduk,
lalu memandang ke arah langit seraya mengucapkan: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190), hingga beberapa
ayat selanjutnya. Setelah itu beliau bangkit dan melakukan wudu. Setelah
bersiwak, beliau melakukan salat sebanyak sebelas rakaat. Kemudian Bilal
menyerukan azannya, maka beliau Saw. salat dua rakaat, lalu keluar dan salat
Subuh menjadi imam orang-orang.
Demikian pula Imam Muslim meriwayatkannya dari
Abu Bakar ibnu Ishaq As-San'ani, dari Ibnu Abu Maryam dengan lafaz yang sama.
ثُمَّ
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ مِنْ طُرقٍ عَنْ مَالِكٍ، عَنْ مَخْرَمَة بْنِ سُلَيْمَانَ،
عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ بَاتَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ زَوْجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهِيَ خَالَتُهُ، قَالَ:
فَاضْطَجَعْتُ فِي عَرْض الْوِسَادَةِ، وَاضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُهُ فِي طُولها، فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ اللَّيْلُ -أَوْ قَبْلَهُ
بِقَلِيلٍ، أَوْ بَعْدَهُ بِقَلِيلٍ -استيقظَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَنَامِهِ، فَجَعَلَ يمسحُ النومَ عَنْ وَجْهِهِ
بِيَدِهِ، ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ الْآيَاتِ الخواتيمَ مِنْ سُورة آلِ عِمْرَانَ،
ثُم قَامَ إِلَى شَنّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ مِنْهَا فَأَحْسَنَ وُضُوءه ثُمَّ
قَامَ يُصَلِّي -قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَقُمْتُ فَصَنَعْتُ مِثْلَ مَا صَنَعَ،
ثُمَّ ذَهَبتُ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبه -فَوَضَعَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَه الْيُمْنَى عَلَى رَأْسِي، وَأَخَذَ بِأُذُنِي
الْيُمْنَى يَفْتلُها فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ
رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ
أَوْتَرَ، ثُمَّ اضْطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ، فَقَامَ فَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبْحَ.
Imam Bukhari meriwayatkannya pula melalui
berbagai jalur dari Malik, dari Makhramah ibnu Sulaiman, dari Kuraib, bahwa
Ibnu Abbas pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah menginap di rumah Siti
Maimunah, istri Nabi Saw. yang juga bibinya. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya,
bahwa ia tidur pada bagian dari bantal yang melebar, sedangkan Rasulullah Saw.
bersama istrinya (Siti Maimunah) tidur pada bagian yang memanjang dari bantal
itu. Rasulullah Saw. tidur hingga tengah malam, atau sedikit sebelumnya atau sedikit
sesudahnya. Rasulullah Saw. bangun dari tidurnya, lalu mengusap wajah dengan
tangannya untuk mengusir rasa kantuk. Setelah itu beliau membaca sepuluh ayat
yang mengakhiri surat Ali Imran. Lalu bangkit menuju arah tempat air yang
digantungkan, mengambil air wudu darinya, dan melakukan wudu dengan baik.
Sesudah itu beliau berdiri mengerjakan salat. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya,
"Maka aku berdiri dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.
Setelah itu aku menuju kepadanya dan berdiri di sebelahnya. Maka Rasulullah
Saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku dan memegang telinga kananku,
lalu menjewernya (yakni memindahkan Ibnu Abbas dari sebelah kiri ke sebelah
kanannya). Beliau melakukan salat dua rakaat, lalu dua rakaat lagi, lalu dua
rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi,
kemudian witir. Sesudah itu beliau berbaring hingga juru azan datang kepadanya.
Kemudian beliau bangkit dan melakukan salat dua rakaat secara ringan, lalu
keluar (menuju masjid) dan salat Subuh (sebagai imam semua orang)."
Demikianlah hal yang diketengahkan oleh Jamaah
lainnya melalui berbagai jalur dari Malik dengan lafaz yang sama.
Imam Muslim meriwayatkannya pula —juga Imam Abu
Daud— melalui berbagai jalur dari Makhramah ibnu Sulaiman dengan lafaz yang
sama.
Jalur lain diriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan hadis ini oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih.
حدثنا
محمد بن أحمد بن محمد بْنِ عَلِيٍّ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَحْيَى بْنُ أَبِي مسرَّة
أَنْبَأَنَا خَلاد بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ
الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرو، عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: أَمَرَنِي الْعَبَّاسُ أَنْ أَبِيتَ بِآلِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْفَظُ صَلَاتَهُ. قَالَ:
فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ صَلَاةَ
الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ فِي الْمَسْجِدِ أَحَدٌ غَيْرُهُ
قَامَ فَمَرَّ بِي، فَقَالَ: "مَنْ هَذَا؟ عَبْدُ اللَّهِ؟ " فَقُلْتُ
نَعَمْ. قَالَ: "فَمَه؟ " قُلْتُ: أَمَرَنِي العباسُ أَنْ أَبِيتَ
بِكُمُ اللَّيْلَةَ. قَالَ: "فَالْحَقِ الْحَقْ" فَلَمَّا أَنْ دَخَلَ
قَالَ: "افرشَنْ عَبْدَ اللَّهِ؟ " فَأَتَى بِوِسَادَةٍ مِنْ مُسُوحٍ،
قَالَ فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا
حَتَّى سَمعتُ غَطِيطه، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى فِرَاشِهِ قَاعِدًا، قَالَ: فَرَفَع
رأسَه إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: "سُبحان الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ"
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَاتِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ
حَتَّى خَتَمَهَا.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu
Yahya. dari Abu Mai-sarah, telah menceritakan kepada kami Khallad ibnu Yahya,
telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Abi Ishaq, dari Al-Minhal ibnu Amr,
dari Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa Al-Abbas memerintahkan kepadaku untuk menginap di rumah keluarga
Rasulullah Saw. untuk menghafalkan cara salat (malam hari)nya. Ibnu Abbas
melanjutkan kisahnya,- bahwa Rasulullah Saw. melakukan salat Isya bersama orang
banyak. Setelah di dalam masjid tidak terdapat seorang pun selain diriku, maka
beliau berdiri dan lewat di hadapanku. Beliau bertanya, "Siapakah ini?
Abdullah bukan?" Aku menjawab, "Ya." Rasulullah Saw.
bertanya, "Mengapa masih di sini?" Aku menjawab,
"Al-Abbas (ayahku) telah memerintahkan aku untuk menginap di rumahmu malam
ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Mari masuk, mari masuk."
Setelah masuk ke dalam rumah, beliau Saw. bersabda, "Mau memakai kasur,
Abdullah?" Beliau Saw. mengambil sebuah bantal yang berlapiskan kain
bulu. Rasulullah Saw. tidur memakai bantal itu hingga aku mendengar
dengkurannya. setelah itu beliau duduk tegak di atas kasurnya dan mengarahkan
pandangannya ke langit, lalu mengucapkan: Subhanal Malikil Quddus
(Mahasuci Raja Yang Mahasuci). sebanyak tiga kali, lalu membacakan ayat-ayat
yang berada di akhir surat Ali Imran hingga akhir surat Ali Imran.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai
meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya sebuah
hadis mengenai hal yang sama.
Jalur lain diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih
melalui hadis Asim ibnu Bahdalah, dari salah seorang muridnya, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa di suatu malam Rasulullah Saw. keluar sesudah
sebagian malam hari telah berlalu. Lalu beliau memandang ke arah langit dan
membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190), hingga akhir surat.
Sesudah itu beliau Saw. berdoa:
«اللَّهُمَّ
اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَعَنْ
يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا، وَمِنْ بَيْنِ يَدَيَّ نُورًا، وَمِنْ خَلْفِي
نُورًا، وَمِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا وَأَعْظِمْ لِي نُورًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Ya Allah, jadikanlah di dalam kalbuku nur
(cahaya), di dalam pendengaranku nur, di dalam pandanganku nur, di sebelah
kananku nur, di sebelah kiriku nur, di hadapanku nur, di belakangku nur, di
atasku nur, di bawahku nur, dan besarkanlah nur bagiku kelak di hari kiamat.
Doa ini ditetapkan pada sebagian jalur-jalur yang
sahih melalui riwayat Kuraib, dari Ibnu Abbas r.a.
Kemudian ibnu Murdawaih dan Ibnu Abu Hatim
meriwayatkan melalui hadis Ja'far ibnu Abul Mugirah. dari Sa’id ibnu Jubair.
dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa orang-orang Quraisy datang kepada
orang-orang Yahudi, Lalu mereka bertanya, "Mukjizat-mukjizat apakah yang
dibawa oleh Musa kepada kalian?" Orang-orang Yahudi menjawab,
"Tongkatnya dan tangannya yang kelihatan putih bagi orang-orang yang
memandangnya." Orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Nasrani. Lalu
mereka bertanya, "Bagaimanakah yang dilakukan oleh Isa di antara
kalian?" Orang-orang Nasrani menjawab.”Dia dapat menyembuhkan orang buta,
orang berpenyakit supak. dan dapat menghidupkan orang-orang mati." Mereka
datang kepada Nabi Saw., Lalu berkata, "Mintakanlah buat kami kepada
Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa ini emas." Maka Nabi Saw. berdoa
kepada Tuhannya, Lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190) Dengan kata lain, hendaklah
mereka merenungkan semuanya itu.
Lafaz hadis ini berdasarkan riwayat Ibnu
Murdawaih. Hadis ini disebutkan dalam permulaan pembahasan ayat melalui riwayat
Imam Tabrani. Berdasarkan keterangan ini dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat ini
adalah Makkiyyah.
Tetapi menurut pendapat yang masyhur, ayat-ayat
ini adalah Madaniyah, sebagai dalilnya ialah hadis lain yang diriwayatkan oleh
Ibnu Murdawaih, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Harrani, telah menceritakan kepada
kami Syuja' ibnu Asyras, telah menceritakan kepada kami Hasyraj ibnu Nabatah
Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Makram, dari Al-Kalbi (yaitu Ibnu
Junab), dari Ata yang menceritakan, "Aku dan Ibnu Umar serta Ubaid ibnu
Umair berangkat menuju rumah Siti Aisyah r.a. Lalu kami masuk ke dalam rumahnya
dan menjumpainya, sedangkan antara kami dengan dia terdapat hijab." Siti
Aisyah bertanya, "Hai Ubaid, apakah yang menghalang-halangi dirimu untuk
berkunjung kepadaku?" Ubaid menjawab, "Perkataan seorang penyair yang
mengatakan, 'Jarang-jaranglah berkunjung, niscaya menambah rasa kangen'."
Ibnu Umar memotong pembicaraan, "Biarkanlah kami, ceritakanlah kepada kami
hal yang paling mengagumkan yang pernah engkau lihat dari Rasulullah Saw."
Siti Aisyah menangis dan mengatakan bahwa semua perkara Nabi Saw. adalah
mengagumkan, "Beliau mendatangiku di malam giliranku hingga kulit beliau
bersentuhan dengan kulitku. Setelah itu beliau bersabda, 'Biarkanlah aku
menyembah Tuhanku.' Maka aku berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya aku suka
berada di dekatmu, dan sesungguhnya aku suka menyembah Tuhanmu'." Nabi
Saw. bangkit menuju qirbah (tempat air dari kulit), lalu berwudu tanpa banyak
mengucurkan air. Setelah itu beliau berdiri mengerjakan salat, dan beliau menangis
sehingga jenggotnya basah oleh air mata. Lalu sujud dan menangis pula hingga
air matanya membasahi tanah. Kemudian berbaring pada lambungnya dan menangis
lagi. Ketika Bilal datang memberitahukan kepadanya waktu salat Subuh, seraya
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau menangis,
padahal Allah telah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosa-dosamu yang telah
lalu dan yang akan datang?" Nabi Saw. menjawab, "Celakalah kamu,
hai Bilal, apakah yang menghalang-halangiku menangis, sedangkan Allah telah
menurunkan kepadaku malam ini ayat berikut: 'Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang hari terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ali Imran: 190)." Kemudian
Nabi Saw. bersabda pula, 'Celakalah bagi orang yang membacanya, lalu ia
tidak merenungkan semuanya itu."
Abdu ibnu Humaid meriwayatkannya di dalam kitab
tafsir, dari Ja'far ibnu Auf Al-Kalbi, dari Abu Hubab (yaitu Ata) yang
menceritakan bahwa ia dan Abdullah ibnu Umar serta Ubaid ibnu Umair masuk ke
dalam rumah Siti Aisyah Ummul Mukminin r.a. yang saat itu berada di dalam rumah
(kemah)nya. Maka kami mengucapkan salam penghormatan kepadanya, dan ia
bertanya, "Siapakah mereka?" Kami menjawab, "Abdullah ibnu Umar
dan Ubaid ibnu Umair."' Siti Aisyah berkata, "Hai Ubaid ibnu Umair,
apakah yang menghalang-halangi dirimu untuk berkunjung kepadaku?" Ubaid
ibnu Umair mengucapkan kata-kata tadi yang telah disebutkan di atas, yaitu:
Jarang-jaranglah berkunjung, niscaya akan bertambah kangen. Siti Aisyah
berkata, "Sesungguhnya aku senang bila dikunjungi olehmu dan
berbincang-bincang denganmu." Abdullah ibnu Umar berkata,
"Bebaskanlah kami dari obrolan kamu berdua yang ini. Sekarang ceritakanlah
kepada kami hal yang paling menakjubkan yang pernah engkau lihat dari
Rasulullah Saw." Siti Aisyah menangis, kemudian berkata, "Semua
perkara Nabi Saw. adalah menakjubkan belaka. Beliau datang kepadaku di malam
giliranku hingga masuk bersama dan merebahkan diri di atas tempat tidurku
hingga kulit beliau bersentuhan dengan kulitku. Kemudian beliau bersabda, 'Hai
Aisyah, izinkanlah aku, sekarang aku akan menyembah Tuhanku'." Siti
Aisyah berkata, "Sesungguhnya aku suka berada di dekatmu dan aku suka apa
yang engkau suka." Rasulullah Saw. bangkit menuju qirbah (wadah air) yang
ada di dalam rumah. dan dalam wudunya itu beliau menghemat air. Lalu berdiri
dan membaca Al-Qur'an seraya menangis sehingga aku melihat air matanya sampai
mengenai kedua sisi pinggangnya. Setelah itu beliau Saw. duduk, lalu membaca
hamdalah dan memuji Allah Swt., kemudian menangis lagi sehingga aku melihat air
matanya sampai membasahi pangkuannya. Kemudian beliau merebahkan diri pada
lambung sebelah kanannya dan meletakkan lengan kanannya pada pipinya, lalu
beliau menangis lagi sehingga aku melihat air matanya sampai membasahi tanah.
Lalu masuklah Bilal memberitahukan kepadanya bahwa waktu salat Subuh telah
masuk. Untuk itu Bilal berkata, "Wahai Rasulullah, sekarang waktu
salat." Tetapi ketika Bilal melihat Rasulullah Saw. menangis, maka ia
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau menangis, padahal Allah telah
memberikan ampunan-Nya bagimu atas semua dosamu yang telah lalu dan yang
kemudian?" Rasulullah Saw. menjawab, "Hai Bilal, bukankah aku
ingin menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur? Mengapa aku tidak menangis,
sedangkan malam ini telah diturunkan kepadaku firman-Nya: 'Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal' (Ali Imran: 190).
sampai dengan firman-Nya: 'Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka' (Ali Imran: 191)." Kemudian beliau Saw. bersabda: Celakalah
bagi orang yang membaca ayat-ayat ini, lalu ia tidak merenungkannya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim
dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya, dari Imran ibnu Musa, dari Usman ibnu
Abu Syaibah, dari Yahya ibnu Zakaria, dari Ibrahim ibnu Suwaid An-Nakha'i, dari
Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman, dari Ata yang menceritakan bahwa dia dan Ubaid
ibnu Umair masuk ke dalam rumah Siti Aisyah, dan seterusnya hingga akhir hadis.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdullah ibnu
Muhammad ibnu Abud Dunia di dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, dari
Syuja" ibnu Asyras. Selanjutnya disebutkan bahwa telah menceritakan kepadaku
Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, ia pernah mendengar Sunaid menceritakan dari Sufyan
As-Sauri yang me-rafa'-kannya. bahwa barang siapa yang membaca akhir surat Ali
Imran, lalu ia tidak memikirkan maknanya, celakalah dia. Ia mengatakan demikian
seraya menghitung dengan jari-jarinya sebanyak sepuluh buah (yakni sepuhih ayat
terakhir dari surat Ali Imran).
Al-Hasan ibnu Abdul Aziz mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Ubaid ibnus Saib yang menceritakan bahwa pernah dikatakan
kepada Al-Auza'i, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian memikirkan
ayat-ayat tersebut?" Al-Auza'i menjawab, "Membacanya seraya
merenungkan maknanya."
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Qasim ibnu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Iyasy,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sulaiman yang menceritakan
bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Auza'i tentang batas minimal dari pengertian
memikirkan ayat-ayat tersebut dan jalan menyelamatkan diri dari kecelakaan
tersebut." Maka Al-Auza'i menundukkan kepalanya sejenak, lalu berkata,
"Hendaklah seseorang membaca ayat-ayat tersebut seraya memikirkan
maknanya."
Hadis lain mengandung garabah (keanehan). Abu
Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman
ibnu Basyir ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim
Al-Busti. Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Hisyam
ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ammar, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Mu-zahir ibnu
Aslam Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id
Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan: Setiap malam Rasulullah Saw. selalu
membaca sepuluh ayat dari akhir surat Ali Imran.
Muzahir ibnu Aslam orangnya daif.