وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَما
أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَما أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ
بِآياتِ اللَّهِ ثَمَناً قَلِيلاً أُولئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسابِ (199) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصابِرُوا وَرابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (200)
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian dan yang diturunkan
kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala
di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kalian beruntung.
Allah
Swt. memberitakan perihal segolongan Ahli Kitab, bahwa mereka beriman kepada
Allah dengan iman yang sebenarnya, beriman pula kepada Al-Qur'an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. serta kitab-kitab terdahulu yang ada di
tangan mereka. Bahwa mereka selalu taat kepada Allah, tunduk patuh di
hadapan-Nya, dan tidak pernah menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. Yakni mereka tidak menyembunyikan berita gembira tentang Nabi Muhammad
Saw. yang ada di dalam kitab-kitab mereka. Mereka menyebutkan sifat dan ciri
khasnya, serta tempat beliau diutus dan sifat umatnya.
Mereka
adalah orang-orang yang terpilih dari kalangan Ahli Kitab dan merupakan
orang-orang paling baik di antara mereka, baik dari kalangan orang-orang Yahudi
ataupun orang-orang Nasrani.
Allah
Swt. telah berfirman di dalam surat Al-Qashash:
الَّذِينَ
آتَيْناهُمُ الْكِتابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ وَإِذا يُتْلى
عَلَيْهِمْ قالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنا إِنَّا كُنَّا مِنْ
قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ أُولئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِما صَبَرُوا
Orang-orang
yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelumnya Al-Qur'an mereka
beriman pula dengan Al-Qur'an itu. Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an) itu pada
mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya: sesungguhnya Al-Qur'an
itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. sesungguhnya kami sebelumnya adalah
orang-orang yang membenarkannya." Mereka itu diberi pahala dua kali
disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan
sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (Al-Qashash: 52-54)
Allah
Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:
الَّذِينَ
آتَيْناهُمُ الْكِتابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ
Orang-orang
yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.
(Al-Baqarah: 121)
وَمِنْ
قَوْمِ مُوسى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ
Dan
di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada
manusia) dengan hak, dan dengan hak itulah mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 159)
{لَيْسُوا
سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ
آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ}
Mereka
itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedangkan
mereka juga bersujud (salat).
(Ali imran: 113)
{قُلْ
آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ
قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُولُونَ
سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا. وَيَخِرُّونَ
لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا}
Katakanlah,
"Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi
Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil sujud, dan
mereka berkata, "Mahasuci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
dipenuhi." Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra:
107-109)
Sifat-sifat
tersebut memang dijumpai di kalangan orang-orang Yahudi, tetapi sedikit.
Seperti yang ada pada diri Abdullah ibnu Salam dan orang-orang Yahudi yang
semisal dengannya dari kalangan rahib-rahib Yahudi yang beriman, tetapi jumlah
mereka tidak sampai sepuluh orang.
Adapun
di kalangan orang-orang Nasrani, sifat-sifat tersebut banyak dijumpai; di
kalangan mereka banyak orang yang mendapat petunjuk dan mengikuti kebenaran.
Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
لَتَجِدَنَّ
أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا
إِنَّا نَصَارَى
Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatan dengan orang-orang yang beriman
ialah orang-orang yang berkata.”Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." (Al-Maidah: 82)
sampai
dengan firman-Nya:
فَأَثَابَهُمُ
اللَّهُ بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا
Maka
Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu)
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di
dalamnya. (Al-Maidah: 85)
Demikian
pula yang dikatakan oleh Allah Swt. dalam surat ini melalui firman-Nya:
أُولَئِكَ
لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
Mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhannya.
(Ali lmran: 199), hingga akhir ayat.
Di
dalam sebuah hadis telah disebutkan bahwa ketika Ja'far ibnu Abu Talib r.a.
membacakan surat kaf ha ya 'ain sad di hadapan Raja Najasyi, Raja negeri
Habsyah yang saat itu di hadapannya banyak terdapat para patrik dan pendeta,
maka Raja Najasyi menangis, dan mereka ikut menangis pula bersamanya hingga air
mata membasahi jenggot mereka.
Di
dalam kitab Sahihain disebutkan, ketika Raja Najasyi meninggal dunia, maka Nabi
Saw. mengucapkan belasungkawa kepada para sahabatnya, lalu beliau Saw.
bersabda:
"إِنَّ أَخًا لَكُمْ
بِالْحَبَشَةِ قَدْ مَاتَ فصَلُّوا عَلَيْهِ"
Sesungguhnya
seorang saudara kalian di Habsyah telah meninggal dunia, maka salatkanlah ia
oleh kalian.
Kemudian
Nabi Saw. keluar menuju tanah lapang, lalu mengatur saf mereka
(sahabat-sahabatnya) dan menyalatkan (jenazah)nya (secara gaib).
وَرَوَى
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَالْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ حَدِيثِ
حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا
تُوُفي النَّجَاشِيُّ قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ. فَقَالَ بَعْضُ النَّاسِ: يَأْمُرُنَا أَنْ
نَسْتَغْفِرَ لِعِلْج مَاتَ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ. فَنَزَلَتْ: {وَإِنَّ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا
أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ} الْآيَةَ.
Ibnu
Abu Hatim dan Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan dari hadis Hammad
ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa ketika
Raja Najasyi meninggal dunia, Rasulullah Saw. bersabda: Mohonkanlah ampun
buat saudara kalian! Maka sebagian orang ada yang mengatakan, "Apakah
beliau memerintahkan kita agar memintakan ampun buat orang kafir yang mati di
negeri Habsyah ini?" Maka turunlah firman-Nya: Dan sesungguhnya di
antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka
berendah hati kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.
Abdu
ibnu Humaid dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui jalur lain dari Hammad
ibnu Salamah, dari Sabit, dari Al-Hasan, dari Nabi Saw. Kemudian Ibnu Murdawaih
meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Humaid, dari Anas ibnu Malik
semisal dengan hadis di atas.
Ibnu
Jarir meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Bakar Al-Huzali, dari Qatadah,
dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah berkata kepada kami ketika Raja Najasyi meninggal dunia: Sesungguhnya
Ashamah Raja Najasyi saudara kalian telah meninggal dunia. Lalu Rasulullah
Saw. keluar dan melakukan salat sebagaimana menyalatkan jenazah, yaitu dengan
empat kali takbir. Orang-orang munafik berkata, "Apakah dia menyalatkan
seorang kafir yang mati di negeri Habsyah?" Maka Allah menurunkan
firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada
Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.
Abu
Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr Ar-Razi,
telah menceritakan kepada kami Salamah ibnul Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq,
telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Rauman, dari Urwah, dari Siti Aisyah
r.a. yang mengatakan, "Ketika Raja Najasyi meninggal dunia, kami
memperbincangkan bahwa di atas kubur Raja Najasyi terus-menerus masih kelihatan
ada nurnya.
Al-Hafiz
Abu Abdullah Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, telah
menceritakan kepada kami Abul Abbas As-Sayyari di Marwin. telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Ali Al-Gazal, telah menceritakan kepada kami Ali
ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah
menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Sabit, dari Amir ibnu Abdullah ibnuz
Zubair. dari ayahnya yang menceritakan bahwa Raja Najasyi mendapat ancaman dari
musuh dalam negerinya. Maka kaum Muhajirin datang menghadapnya dan berkata,
"Sesungguhnya kami suka bila engkau keluar memerangi mereka hingga kami
dapat berperang bersamamu untuk membantumu, dan kamu dapat melihat keberanian
kami serta membalas budimu yang telah kamu berikan kepada kami." Maka Raja
Najasyi menjawab.”Sesungguhnya penyakit yang diakibatkan karena penolongan
Allah Swt. adalah lebih baik daripada obat karena pertolongan manusia."
Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa sehubungan dengan dialah ayat ini
diturunkan, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada
orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada
Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.
Selanjutnya
Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya (Imam
Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Ibnu
Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan
sesungguhnya di antara Ahli Kitab. (Ali Imran: 199) Yakni orang-orang
muslim dari kalangan Ahli Kitab.
Abbad
ibnu Mansur mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan Al-Basri
mengenai makna firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang
yang beriman kepada Allah. (Ali Imran: 199). hingga akhir ayat. Maka
Al-Hasan Al-Basri menjawab bahwa mereka adalah Ahli Kitab yang telah ada
sebelum Nabi Muhammad Saw. Lalu mereka mengikuti Nabi Muhammad dan masuk Islam.
Allah memberi mereka pahala dua kali lipat, yaitu pahala untuk iman mereka
sebelum Nabi Muhammad Saw. dan pahala mereka mengikuti Nabi Muhammad Saw. Demikianlah
menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Di
dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Abu Musa yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"ثَلَاثَةٌ
يُؤتَوْنَ أجرَهم مَرَّتَيْنِ" فَذَكَرَ مِنْهُمْ: "وَرَجُلٌ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِي"
Ada
tiga macam orang yang pahala mereka diberi dua kali. Kemudian Nabi Saw. menyebutkan salah satu di antara mereka,
yaitu seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, lalu
ia beriman kepadaku.
Firman
Allah Swt.:
{لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا
قَلِيلا}
mereka
tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 199)
Mereka
tidak menyembunyikan pengetahuan yang ada pada mereka. tidak seperti apa yang
dilakukan oleh segolongan orang yang hina dari kalangan mereka, melainkan
mereka memberikan ilmu itu dengan cuma-cuma, yakni secara suka rela. Karena
itulah Allah Swt. menyebutkan mereka di dalam firman berikutnya:
{أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ}
Mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat
perhitungan-Nya. (Ali Imran: 199)
Mujahid
mengatakan bahwa makna sari'ul hisab ialah amat cepat perhitungan-Nya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan lain-lainnya.
Firman
Allah Swt.:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا}
Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian). (Ali Imran: 200)
Al-Hasan
Al-Basri mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk bersabar dalam
menjalankan agama mereka yang diridai oleh Allah, yaitu agama Islam. Janganlah
mereka meninggalkannya,baik dalam keadaan suka maupun duka dan dalam keadaan
miskin maupun kaya, hingga mereka mati dalam keadaan memeluk agama Islam.
Hendaklah mereka bersabar serta teguh dalam menghadapi musuh-musuh yang
menyembunyikan agama mereka.
Hal
yang sama dikatakan pula bukan oleh hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.
Al-murabatah artinya menetapi suatu tempat ibadah dan tidak bergeming
darinya. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan murabatah ialah
menunggu waktu salat lain sesudah mengerjakan salat. Demikianlah menurut Ibnu
Abbas, Sahl ibnu Hanif dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan lain-lainnya.
Dalam
bab ini Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah hadis yang diketengahkan oleh Imam
Muslim dan Imam Nasai melalui hadis Malik ibnu Anas, dari Al-Ala ibnu Abdur
Rahman, dari Ya'qub maula Al-Hirqah, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. yang telah bersabda:
«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا يَمْحُو اللَّهُ
بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ به الدرجات؟ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ ، وَكَثْرَةُ
الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ،
فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»
Maukah
aku beri tahukan kepada kalian tentang suatu hal yang membuat Allah
menghapuskan kesalahan-kesalahan karenanya dan meninggikan derajat
disebabkannya? Yaitu menyempurnakan wudu di waktu-waktu yang tidak disukai,
banyak melangkah menuju ke masjid-masjid, dan menunggu waktu salat sesudah
menunaikan salat. Maka yang demikian itulah yang dinamakan ribat, maka yang
demikian itulah yang dinamakan ribat. maka yang demikian itulah yang dinamakan
ribat.
Ibnu
Murdawaih mengatakan. telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu
Juliaifah ali ibnu Yazid Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Karimah. dari Muhammad ibnu Yazid. dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang
menceritakan bahwa sahabat Abu Hurairah r.a. datang kepada kami di suatu hari,
lalu ia berkata, "Tahukah engkau, wahai anak saudaraku. berkenaan dengan
apakah ayat ini diturunkan?" yaitu: "Ingatlah, sesungguhnya di masa
Nabi Saw. tidak ada peperangan yang memerlukan mereka untuk bersiap siaga di
perbatasan negerinya. Akan tetapi. ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu
kaum yang meramaikan masjid-masjid, menunaikan salat di waktunya masing-masing.
dan mereka melakukan zikir kepada Allah di dalamnya." Berkenaan dengan
merekalah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian). (ali Imran: 200) bersabarlah
kalian. (Ali Imran: 200) dalam menunaikan salat lima waktu. dan
kuatkanlah kesabaran kalian. (Ali Imran: 200) dalam menahan keinginan dan
hawa nafsu kalian. dan tetaplah kalian. (Ali Imran: 200) di
masjid-masjid kalian. dan bertakwalah kepada Allah. (Ali Imran: 200)
terhadap semua hal yang membahayakan diri kalian. supaya kalian beruntung.
(Ali Imran: 200)
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui
jalur Sa'id ibnu Mansur, dari Mus'ab ibnu Sabit, dari Daud ibnu Saleh, dari Abu
Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو
السَّائِبِ، حَدَّثَنِي ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ
الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ شُرَحْبِيلَ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يُكَفِّر الذُّنُوبَ وَالْخَطَايَا؟ إسْباغُ
الوُضُوء عَلَى الْمَكَارِهِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ،
فَذَلِكُمُ الرِّباط"
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Fudail, dari Abdullah ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari kakeknya, dari
Syurahbil, dari Ali r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Maukah aku tunjukkan kalian kepada hal-hal yang dapat menghapuskan
dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan? Yaitu menyempurnakan wudu di waktu-waktu
yang tidak disukai dan menunggu salat lain sesudah menunaikan salat. Maka yang
demikian itulah yang dinamakan ribat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ سَهْل الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ مُهاجر، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يَزِيدَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَة،
عَنْ شُرَحْبيل، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أدُلُّكم عَلَى مَا يَمْحُو
اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا ويُكفّر بِهِ الذُّنُوبَ؟ " قُلْنَا: بَلَى يَا
رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "إِسْبَاغُ الوُضوء فِي أَمَاكِنِهَا، وَكَثْرَةُ
الخُطا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ،
فَذَلِكُمُ الرِّباط"
Ibnu
Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Sahl Ar-Ramli,
telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Muhajir, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Yazid ibnu Abu
Anisah. dari Syurah-bil, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Maukah aku tunjukkan kalian kepada hal-hal
yang membuat Allah memaafkan kesalahan-kesalahan karenanya dan menghapuskan
dosa-dosa karenanya? Kami berkata: ”Tentu saja mau wahai Rasulullah."
Rasulullah Saw. bersabda, "Menyempurnakan wudu di tempatnya
masing-masing, banyak melangkah menuju ke masjid-masjid, dan menunggu salat
lain sesudah menunaikan salat. Maka yang demikian itulah yang dinamakan
ribat'.'
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ، أَنْبَأَنَا محمد بن عبد
الله بن السَّلَامِ الْبَيْرُوتِيُّ، أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ
الْأَنْطَاكِيُّ، أَنْبَأَنَا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنْبَأَنَا
الْوَازِعُ بن نافع، عن أبي سلمة بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: وَقَفَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "هَلْ لَكُمْ إِلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ
الذُّنُوبَ وَيُعْظِمُ بِهِ الْأَجْرَ؟ " قُلْنَا: نَعَمْ، يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَا هُوَ؟ قَالَ: "إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ،
وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ
الصَّلَاةِ".
قَالَ: "وَهُوَ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} فَذَلِكَ هُوَ الرِّبَاطُ فِي
الْمَسَاجِدِ"
Ibnu
Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Salam Al-Barmusi, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Galib Al-Intaki, telah menceritakan
kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Al-Wa-zi'
ibnu Naff, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Ayyub yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. bertamu kepada kami, lalu beliau bersabda: "Maukah
aku tunjukkan kalian kepada hal-hal yang membuat Allah menghapuskan dosa-dosa
karenanya dan membesarkan pahala karenanya?" Kami menjawab, "Ya,
wahai Rasulullah. Apakah itu?" Beliau bersabda, "Menyempurnakan
wudu di saat-saat yang tidak disukai, banyak melangkah menuju ke masjid-masjid,
dan menunggu salat lain sesudah mengerjakan salat."
Abu
Ayyub mengatakan bahwa yang demikian itulah yang disebutkan di dalam firman
Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah
kesabaran kalian dan tetaplah kalian (di tempat ibadah kalian), dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kalian beruntung. (Ali Imran: 200) Maka yang demikian
itu adalah ribat di masjid-masjid.
Bila
ditinjau dari segi ini, maka hadis ini berpredikat garib sekali.
Abdullah
ibnul Mubarak meriwayatkan dari Mus'ab ibnu Sabit ibnu Abdullah ibnuz Zubair,
telah menceritakan kepadaku Daud ibnu Saleh yang mengatakan bahwa Abu Salamah
ibnu Abdur Rahman pernah berkata kepadaku, "Hai anak saudaraku, tahukah
kamu berkenaan dengan apakah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Bersabarlah
kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan berribat-lah kalian' (Ali Imran:
200)' Aku menjawab, "Tidak tahu." ia berkata.”Hai anak saudaraku sesungguhnya
di zaman Rasulullah Saw. belum pernah ada peperangan yang memerlukan kesiagaan
di perbatasan, tetapi yang dimaksud ialah menunggu salat lain sesudah
mengerjakan salat." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir.
Dalam
pembahasan di atas —sehubungan dengan riwayat Ibnu Murdawaih terhadap hadis ini—
disebutkan bahwa hal tersebut adalah perkataan Abu Hurairah r.a.
Menurut
pendapat yang lain, makna yang dimaksud dengan murabatah dalam ayat ini
ialah bersiap siaga di perbatasan negeri terhadap ancaman musuh, menjaga tapal
batas negeri Islam, dan melindunginya dari serangan musuh yang hendak menjarah
negeri-negeri Islam.
Banyak
hadis yang menganjurkan hal ini, dan disebutkan bahwa tugas ini pahalanya besar
sekali.
Imam
Bukhari meriwayatkan di dalam kitab sahihnya melalui Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رباطُ يَوْمٍ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا"
Bersiap
siaga di perbatasan selama sehari dalam jihad di jalan Allah lebih baik
daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya.
Hadis
lain diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Salman Al-Farisi, dari Rasulullah
Saw. Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رباطُ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ
عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وأجْرِيَ عَلَيْهِ رزْقُه، وأمِنَ الفَتَّان
"
Bersiaga
di perbatasan negeri selama sehari semalam lebih baik daripada puasa sebulan
berikut qiyamnya. Dan jika ia gugur, maka dialirkan kepadanya semua amal
perbuatan yang biasa diamalkannya, dan dialirkan kepadanya rezekinya serta
selamatlah ia dari fitnah (siksa kubur).
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ
بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ حَيْوة بْنِ شُرَيح،
أَخْبَرَنِي أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ، أَنَّ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ الجَنْبي
أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ فُضالة بْنَ عُبيد يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى
عَمَلِهِ، إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَإِنَّهُ يَنْمى
لَهُ عملُه إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَيَأْمَنُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ".
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kanii Al-Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih. telah
menceritakan kepadaku Abu Hani Al-Khaulani, bahwa Amr ibnu Malik Al-Haini
pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Fudalah ibnu Ubaid
mengatakan pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap mayat amal
perbuatannya ditutup, kecuali orang yang mati dalam keadaan bersiap siaga di
jalan Allah, maka sesungguhnya amal perbuatannya terus dikembangkan hingga hari
kiamat, dan ia selamat dari siksa kubur.
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi melalui hadis Abu
Hani" Al-Khaulani. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Ibnu Hibban mengetengahkannya pula-di dalam kitab sahihnya.
Hadis lain.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَحْيَى
بْنِ إِسْحَاقَ وَحَسَنِ بْنِ مُوسَى وَأَبِي سعيد [وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ
يَزِيدَ] قَالُوا: حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة حَدَّثَنَا مَشْرَح بْنُ هَاعَانَ،
سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَم لَهُ عَلَى عَمَلِهِ،
إِلَّا الْمُرَابِطَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَإِنَّهُ يَجْرِي عَلَيْهِ عَمَلُهُ
حَتَّى يُبْعَثَ وَيَأْمَنَ مِنَ الفَتَّان"
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa dan Abu Sa'id serta Abdullah ibnu
Yazid, semuanya dari Abdullah ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami
Masyrah ibnu Ahan, bahwa ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir mengatakan pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Setiap mayat amal perbuatannya ditutup.
kecuali orang yang bersiap siaga dijalan Allah, dialirkan kepadanya amal
perbuatannya hingga ia dibangkitkan. den ia selamat dari siksa kubur.
Al-Haris
ibnu Muhammad ibnu Abul Hammah meriwayatkannya di dalam kitab musnad, dari
Al-Maqbari (yaitu Abdullah ibnu Yazid) sampai dengan kalimat "hingga ia
dibangkitkan, tetapi tanpa memakai kalimat "ia selamat dari siksa
kubur". Ibnu Luhai'ah apabila dijelaskan namanya dalam periwayatan hadis,
maka predikatnya adalah hasan, terlebih lagi dengan adanya syawahid
(bukti-bukti) yang disebut di atas.
Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab
sunnah-nya.
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي اللَّيْث، عَنْ زُهرة بْنِ
مَعْبَد عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عليه
وسلم قال: "من مَاتَ مُرَابطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أُجْرِيَ عَلَيْهِ
عَمَلُهُ الصَّالِحُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُ وأجْري عَلَيْهِ رِزْقُهُ، وَأَمِنَ
مِنَ الْفَتَّانِ، وَبَعَثَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ آمِنًا مِنَ
الفَزَع"
telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la. telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Wahb. telah menceritakan kepadaku Al-Lais. dari Zuhrah ibnu
Ma'bad. Dari ayahnya. dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah
bersabda: Barang siapa yang mati dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah,
maka dialirkan kepadanya amal salehnya yang biasa ia amalkan dan dialirkan
kepadanya rezekinya, dan amanlah ia dari siksa kubur serta Allah Swt.
membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan selamat dari huru-hara yang
terbesar.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا مُوسَى، أَنْبَأَنَا ابْنُ لَهِيعة،
عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدان، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ مَاتَ مُرَابطا
وُقِيَ فِتنة الْقَبْرِ، وَأَمِنَ مِنَ الفَزَع الْأَكْبَرِ، وغَدَا عَلَيْهِ
وَرِيحَ بِرِزْقِهِ مِنَ الْجَنَّةِ، وَكُتِبَ لَهُ أَجْرُ الْمُرَابِطِ إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Disebutkan
bahwa telah menceritakan kepada kami Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Luhai'ah, dari Musa ibnu Wardan, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang
telah bersabda: Barang siapa yang mati dalam keadaan bersiap siaga (di jalan
Allah),maka ia dipelihara dari siksa kubur, dan aman dari huru-hara yang
terbesar serta bertiuplah angin membawa rezekinya dari surga, dan dicatatkan
baginya pahala orang yang bersiap siaga (di jalan Allah) sampai hari kiamat.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ عيَّاش، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَة
الدُّؤَلِيِّ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أُمِّ الدَّرْداء
تَرْفَعُ الْحَدِيثَ قَالَتْ مَنْ رَابَطَ فِي شَيْءٍ مِنْ سَوَاحِلِ
الْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَجْزَأَتْ عَنْهُ رِبَاطَ سَنَةٍ"
telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Ismail
ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Halhalah Ad-Daili, dari Ishaq ibnu
Abdullah, dari Ummu Darda yang me-rafa'-kan hadis berikut. Ia mengatakan: Barang
siapa yang bersiap siaga di suatu pos perbatasan negeri kaum muslim selama tiga
hari, maka hal itu dapat mencukupi bersiap siaga selama satu tahun baginya.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا
كَهْمَس، حَدَّثَنَا مُصْعب بْنُ ثابت بن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ:
قَالَ عُثْمَانُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -وَهُوَ يَخْطُبُ عَلَى مِنْبَرِهِ-:
إِنِّي مُحدِّثكم حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ بِهِ إِلَّا
الضِّنُّ بِكُمْ، سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "حَرْسُ
لَيْلَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ لَيْلَةٍ يُقَامُ لَيْلُهَا
ويُصَام نَهَارُهَا"
Dinyatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan
kepada kami Kahmas, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Sabit ibnu
Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa Khalifah Usman ketika berada di
atas mimbarnya mengatakan, "Sesungguhnya aku akan menceritakan sebuah
hadis yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw. Tiada sesuatu pun yang
menghalang-halangi aku untuk menceritakannya kepada kalian selain berprasangka
buruk terhadap kalian. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Berjaga
semalam di jalan Allah lebih utama daripada seribu malam dengan melakukan salat
(sunat) pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya."
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Rauh. dari Kahmas, dari Mus'ab
ibnu Sabit dari Usman.
وَقَدْ
رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عمَّار، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عن أبيه، عن مُصْعب بن ثابت، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ:
خَطَبَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ النَّاسَ فقال: يأيها النَّاسُ، إِنِّي سَمِعْتُ
حَدِيثًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ
يَمْنَعْنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ بِهِ إِلَّا الضِّنُّ بِكُمْ وَبِصَحَابَتِكُمْ،
فَليخْتَرْ مُخْتَار لِنَفْسِهِ أَوْ ليَدَعْ. سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ رَابطَ لَيْلة فِي سَبِيل اللَّهِ
كَانَتْ كألْفِ لَيْلَةٍ صِيامها وقِيامها"
Ibnu
Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu Ammar, dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu
Aslam, dari ayahnya, dari Mus'ab ibnu Sabit, dari Abdullah ibnuz Zubair yang
menceritakan bahwa Khalifah Usman berkhotbah kepada orang-orang banyak. Isinya
mengatakan, "Hai manusia, sesungguhnya aku pernah mendengar dari
Rasulullah Saw. suatu hadis yang tiada sesuatu pun menghalang-halangi diriku
untuk menceritakannya kepada kalian selain prasangka yang bukan-bukan terhadap
kalian dan terhadap predikat sahabat kalian. Maka hendaklah seseorang
memilihnya buat dirinya sendiri atau meninggalkannya. Aku pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: 'Barang siapa yang bersiap siaga selama satu malam
di jalan Allah, maka hal itu sama (pahalanya) dengan seribu malam melakukan
salat sunat dan puasa (di siang harinya)'."
Jalur lain diriwayatkan dari Usman r.a.
قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ
عَلِيٍّ الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيل زهْرَة بْنُ مَعْبد، عَنْ أَبِي
صَالِحٍ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: سَمِعْتُ عُثْمَانَ -وَهُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ-يَقُولُ: إِنِّي كَتَمْتُكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَرَاهية تَفَرُّقِكُمْ عَنِّي، ثُمَّ
بَدَا لِي أَنْ أحدثكُمُوه، لِيَخْتَارَ امْرُؤٌ لِنَفْسِهِ مَا بَدَا لَهُ، سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: "رباطُ يَوْمٍ فِي سَبِيل اللَّهِ
خَير مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ فِيمَا سِوَاه مِنَ الْمَنَازِلِ".
Imam
Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali
Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik, telah
menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Sa'd, telah menceritakan kepada kami Abu
Uqail (yaitu Zahrah ibnu Ma'bad), dari Abu Saleh maula Usman ibnu Affan, bahwa
ia pernah mendengar Usman mengatakan di atas mimbarnya, "Sesungguhnya aku
menyembunyikan dari kalian sebuah hadis yang pernah kudengar dari Rasulullah
Saw. Karena aku khawatir kalian akan berpisah denganku. Kemudian aku sadar
bahwa aku harus menceritakannya kepada kalian, agar setiap orang dapat memilih
untuk dirinya sendiri apa yang sesuai. Aku pemah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: 'Bersiap siaga di jalan Allah selama sehari lebih baik daripada
seribu hari yang dilewatkan di tempat-tempat yang lain'."
Kemudian
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila ditinjau dari segi
ini.
Imam
Turmuzi mengatakan bahwa menurut Muhammad (Imam Bukhari), Abu Saleh (maula
Usman) nama aslinya adalah Burkan. Menurut selain Imam Turmuzi, nama aslinya
adalah Al-Haris.
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd dan
Abdullah ibnu Luhai'ah, tetapi di dalam riwayatnya terdapat tambahan di
akhirnya. Yaitu Usman mengatakan, "Maka hendaklah seseorang bersiap siaga
di jalan Allah, selama yang dikehendakinya. Bukankah aku telah
menyampaikan?" Mereka menjawab, "Ya." Usman berkata, "Ya
Allah, persaksikanlah."
Hadis lain diriwayatkan oleh Abu Isa At-Turmuzi,
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُنْكَدر قَالَ: مَرَّ سَلْمان
الْفَارِسِيُّ بشُرَحْبِيل بْنِ السِّمْط، وَهُوَ فِي مُرَابَط لَهُ، وَقَدْ شَق
عَلَيْهِ وَعَلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ: أَفَلَا أُحَدِّثُكَ -يَا ابْنَ
السِّمْطِ-بِحَدِيثٍ سمعتُه مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "رِبَاط يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَفْضَلُ -أَوْ
قَالَ: خَيْرٌ-مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقي فِتْنَة
الْقَبْرِ، ونَمَا لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".
telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa
Salman Al-Farisi bersua dengan Syurahbil ibnus Simt yang sedang berjaga di
tempat tugasnya, saat itu ia dan kawan-kawannya dalam keadaan berat. Maka
Salman r.a. berkata, "Hai Ibnus Simt, maukah kamu jika aku ceritakan
kepadamu sebuah hadis yang pernah kudengar dari Rasulullah Saw.?" Ibnus
Simt menjawab, "Tentu saja mau." Salman Al-Farisi mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Bersiap siaga selama satu hari di
jalan Allah lebih utama atau lebih baik daripada puasa satu bulan berikut qiyam
(salat sunat)nya. Dan barang siapa yang mati di dalamnya, niscaya akan
dipelihara dari siksa kubur dan dikembangkan baginya amalnya itu sampai hari
kiamat.
Hadis
ini hanya diriwayatkan oleh Imam Turmuzi bila ditinjau dari segi ini. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Menurut salah satu salinan terdapat
tambahan. tetapi sanadnya tidak muttasil mengingat Ibnul Munkadir tidak pemah
bersua dengan Salman.
Menurut
hemat kami. pada lahiriahnya Muhammad Ibnu Munkadir ini mendengarnya dari
Syurahbil ibnus Simt. Karena Imam Muslim dan Imam Nasai telah meriwayatkannya
melalui hadis Mak-hul dan Abu Ubaidah ibnu Uqbah, keduanya menerima hadis ini
dari Syurahbil ibnus Simt. Syurahbil ibnus Simt mempunyai predikat sahabat. ia
meriwayatkannya dari Salman Al-Farisi. dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda:
"رِباطُ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ
عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وأجرِي عَلَيْهِ رزقُه، وَأَمِنَ
الفَتَّان"
Melakukan
ribat (bersiap siaga di jalan Allah) selama sehari semalam lebih baik daripada
puasa satu bulan berikut qiyamnya. Dan jika seseorang mati (dalam keadaan
berribat), maka dialirkan kepadanya amal perbuatan yang sedang diamalkannya,
dan dialirkan pula kepadanya rezekinya, serta amanlah ia dari siksa kubur.
Dalam
pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis mufrad Imam Muslim mengenai masalah
ini.
Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
سَمُرة، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْلى السُّلَمي، حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ صُبَيْح، عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرو، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لربَاط يَوْمٍ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مِنْ وَرَاءِ عَوْرَة الْمُسْلِمِينَ مُحْتَسبًا، مِنْ
غَيْرِ شَهْرِ رَمَضَانَ، أعظمُ أَجْرًا مِنْ عِبَادَةِ مِائَةِ سَنَةٍ،
صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا. ورباطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مِنْ وَرَاءِ
عَوْرَةِ الْمُسْلِمِينَ مُحْتَسِبًا، مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، أَفْضَلُ عِنْدَ
اللَّهِ وَأَعْظَمُ أَجْرًا -أَرَاهُ قَالَ-: مِنْ عِبَادَةِ أَلْفِ سَنَةٍ
صِيَامِهَا، وَقِيَامِهَا فَإِنْ رَدَّهُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى أَهْلِهِ
سَالِمًا، لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ سَيِّئَةُ أَلْفِ سَنَةٍ، وَتُكْتَبُ لَهُ
الْحَسَنَاتُ، ويُجْرَى لَهُ أَجْرُ الرِّبَاطِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ".
Disebutkan
bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Samurah, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ya'la As-Sulami, telah menceritakan
kepada kami Amr ibnus Sabih, dari Abdur Rahman ibnu Amr, dari Makhul, dari Ubay
ibnu Ka'b yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Berjaga
selama semalam untuk melindungi kelemahan kaum muslim karena mengharapkan rida
Allah lebih besar pahalanya daripada ibadah seratus tahun, selain bulan
Ramadan, termasuk puasa dan qiyamnya. Dan melakukan ribat selama sehari di
jalan Allah untuk melindungi aurat kaum muslim, karena mengharapkan pahala
Allah, lebih utama dan lebih baik pahalanya di sisi Allah; menurul perawi,
beliau mengatakan daripada ibadah seribu tahun puasa berikut qiyamnya. Dan jika
Allah mengembalikan dia kepada keluarganya dalam keadaan selamat, maka tidak
dicatatkan atas dirinya suatu keburukan pun selama seribu tahun, dan dicatatkan
baginya kebaikan-kebaikan, serta dialirkan kepadanya pahala ribat sampai hari
kiamat.
Hadis
ini garib bila ditinjau dari segi ini, bahkan munkar, karena Umar ibnu Sabih
orangnya dicurigai dalam periwayatan hadisnya.
Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدثنا عِيسَى بْنُ يُونُسَ الرمْلي، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ شُعيب بْنِ شَابُورَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ خَالِدِ بْنِ أَبِي
طَوِيلٍ، سمعتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "حَرْسُ لَيْلَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَفْضَلُ مِنْ صِيَامِ رَجُل وَقِيَامِهِ فِي أَهْلِهِ أَلْفَ سَنَةٍ: السَّنَةُ
ثَلَاثُمِائَةٍ وَسِتُّونَ يَوْمًا، وَالْيَوْمُ كَأَلْفِ سَنَةٍ".
Dikatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib ibnu Syabur, dari Sa'id ibnu
Khalid ibnu Abu Tawil; ia pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Berjaga selama semalam di jalan Allah lebih
baik daripada puasa seorang lelaki dan qiyamnya di rumah keluarganya selama
seribu tahun; yang satu tahunnya adalah tiga ratus hari, satu hari sama dengan
seribu tahun.
Hadis
ini garib pula. Sa'id ibnu Khalid yang disebutkan di atas orangnya dinilai daif
oleh Abu Zar'ah dan lain-lainnya dari kalangan para Imam yang bukan hanya
seorang. Al-Uqaili mengatakan bahwa Sa'id ibnu Khalid hadisnya tidak dapat
dipakai. Ibnu Hibban mengatakan bahwa hadisnya tidak dapat dipakai sebagai
hujah.
Imam
Hakim mengatakan bahwa Sa'id ibnu Khalid banyak meriwayatkan hadis maudu' yang
ia nisbatkan kepada sahabat Anas bin Malik.
Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاح،
أَنْبَأَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ مُحَمَّد بْنِ
زائدَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ
الْجُهَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"رَحِمَ اللَّهُ حَارِسَ الْحَرَسِ"
Disebutkan
bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sabbbah, telah menceritakan
kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad dari Muhammad ibnu Zaidah. dari Umar ibnu
abdul Aziz dari Uqbah Ibnu Amir Al-Juhani yang menceritakan bahwa
Rasululah saw bersabda: Semoga Allah merahmati orang yang bersiap siaga (di
jalan Allah).
Akan
tetapi, di dalam sanadnya terdapat inqita' (mata rantai yang terputus) antara
Urnar ibnu Abdul Aziz dengan Uqbah ibnu Amir, karena sesungguhnya Umar ibnu
Abdul Aziz tidak menjumpai masa sahabat Uqbah ibnu Amir.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا
مُعَاوِيَةُ -يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ عَنْ زَيْدٍ-يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ-أَنَّهُ
سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ قَالَ: حَدَّثَنِي السَّلُولِيُّ: أَنَّهُ حَدَّثَهُ سَهْلُ
ابْنُ الْحَنْظَلِيَّةِ أَنَّهُمْ سَارُوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ حُنين، فَأَطْنَبُوا السَّيْرَ حَتَّى كَانَتْ عَشِيّة،
فَحَضَرْتُ الصَّلَاةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَجَاءَ رَجُلٌ فَارِسٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي انْطَلَقْتُ بَيْنَ
أَيْدِيكُمْ حَتَّى طَلَعْتُ جَبَلَ كَذَا وَكَذَا، فَإِذَا أَنَا بهُوازن عَلَى
بَكْرَة أَبِيهِمْ بظُعنهم ونَعَمِهم وشَائِهم اجْتَمَعُوا إِلَى حُنَيْنٍ،
فَتَبَسَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: "تِلْكَ
غَنِيمَة الْمُسْلِمِينَ غَدًا إِنْ شَاءَ اللَّهُ [تَعَالَى ] ". ثُمَّ
قَالَ: "مَنْ يَحْرُسُنَا اللَّيْلَةَ؟ " قَالَ أَنَسُ بْنُ أَبِي
مَرْثَدٍ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ فَارْكَبْ" فَرَكِبَ فَرَسًا لَهُ، فَجَاءَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم، فقال له رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "اسْتَقْبِل هَذَا الشِّعْب حَتَّى تَكُونَ فِي أَعْلَاهُ وَلَا
يَغَرَّن مِنْ قِبَلِك اللَّيْلَةَ" فَلَمَّا أَصْبَحْنَا خرَج رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى مُصَلاه فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ
ثُمَّ قَالَ: "هَلْ أَحْسَسْتُمْ فَارِسَكُمْ؟ " قَالَ رَجُلٌ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَحْسَسْنَاهُ، فثُوِّب بِالصَّلَاةِ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ يُصَلِّي يَلْتَفِتُ إِلَى الشِّعْبِ،
حَتَّى إِذَا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ: "أبْشِرُوا فَقَدْ جَاءَكُمْ
فَارِسُكُمْ" فَجَعَلْنَا نَنْظُرُ إِلَى خِلال الشَّجَرِ فِي الشِّعْبِ،
فَإِذَا هُوَ قَدْ جَاءَ، حَتَّى وَقَفَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي انْطَلَقْتُ حَتَّى كُنْتُ فِي أَعْلَى هَذَا
الشِّعْبِ حَيْثُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا
أَصْبَحْتُ طَلَعْتُ الشِّعْبَيْنِ كِلَيْهِمَا، فَنَظَرْتُ فَلَمْ أَرَ أَحَدًا،
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "هل نَزَلْتَ
اللَّيْلَةَ؟ " قَالَ: لَا إِلَّا مُصَلِّيًا أَوْ قَاضِيًا حَاجَةً، فَقَالَ
لَهُ: "أوْجَبْتَ، فَلَا عَلَيْكَ أَلَّا تَعْمَلَ بَعْدَهَا".
Dinyatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Taubah, telah menceritakan kepada kami
Mu'awiyah (yakni Ibnu Salam), telah menceritakan kepadaku As-Saluli, bahwa Sahl
ibnu Hanzalah pernah menceritakan kepadanya bahwa mereka (para sahabat)
berjalan bersama Rasulullah Saw. dalam Perang Hunain hingga waktu Isya. Lalu
aku ikut salat bermakmum kepada Rasulullah Saw. Kemudian datanglah seorang
penunggang kuda, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
berangkat dari hadapan kamu hingga naik ke bukit anu dan anu. Tiba-tiba aku
melihat kabilah Hawazin semuanya tanpa ada yang ketinggalan sedang berkemah
bersama kendaraan mereka, ternak, dan kambing-kambing mereka." Maka Nabi
Saw. tersenyum dan bersabda: Semuanya itu akan menjadi ganimah kaum muslim
besok, insya Allah. Selanjutnya beliau Saw. bersabda, "Siapakah
yang akan bertugas piket untuk menjaga kita semua?" Anas ibnu Abu
Marsad menjawab, "Aku, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda, "Pakailah
kudamu." Lalu Anas ibnu Marsad menaiki kudanya dan datang menghadap
Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Kamu harus
mendaki lereng ini hingga berada di puncaknya, dan kami tidak akan berperang
malam ini sebelum ada isyarat darimu." Pada pagi harinya Rasulullah
Saw. keluar menuju tempat salat, lalu melakukan salat (sunat subuh) dua rakaat,
sesudah itu beliau bertanya, "Apakah kalian telah melihat penjaga
kalian yang berkuda?" Seseorang menjawab, "Kami belum melihat
kedatangannya, wahai Rasulullah." Maka salat diiqamahkan (didirikan), dan
Nabi Saw. salat seraya memandang ke arah lereng tersebut, hingga selesai dari
salatnya. Setelah itu beliau bersabda, "Bergembiralah kalian, kini
penjaga berkuda kalian telah datang." Kami semua memandang ke arah
lereng itu. Tiba-tiba si penjaga muncul di antara pohon-pohonan, hingga ia
menghadap kepada Nabi Saw., lalu melapor, "Sesungguhnya aku berangkat
menuju ke sasaran yang diperintahkan oleh engkau, yaitu di puncak lereng bukit
itu. Pada pagi harinya aku menaiki kedua lereng tersebut, lalu aku melayangkan
pandanganku ke segala penjuru, ternyata aku tidak melihat seorang manusia
pun." Rasulullah Saw. bertanya kepadanya, "Apakah engkau
turun istirahat tadi malam?" ia menjawab, "Tidak, kecuali hanya
menunaikan salat dan membuang hajat." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sudah
pasti (kamu mendapat pahalanya) maka sesudah itu tidak akan membahayakanmu bila
kamu tidak beramal lagi.
Hadis
diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui Muhammad ibnu Yahya ibnu Muhammad ibnu
Kasir Al-Harrani, dari Abu Taubah (yaitu Ar-Rabi' ibnu Nafi') dengan lafaz yang
sama.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَاب: حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شُرَيح، سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ شُمَير الرُّعَيْني
يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا عَامِرٍ التَّجِيبي. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: وَقَالَ
غَيْرُ زَيْدٍ: أَبَا عَلِيٍّ الجَنْبِي يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا رَيْحَانَةَ
يَقُولُ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
غَزْوَةٍ، فَأَتَيْنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ إِلَى شَرَف فَبتْنَا عَلَيْهِ،
فَأَصَابَنَا بَرْدٌ شَدِيدٌ، حَتَّى رأيتُ مَنْ يَحْفِرُ فِي الْأَرْضِ حُفْرَةً،
يَدْخُلُ فِيهَا وَيُلْقِي عَلَيْهِ الجَحْفَة -يَعني التِّرس-فَلِمَا رَأَى
ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِن النَّاسِ نَادَى:
"مَنْ يَحْرُسُنا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ فَأَدْعُوَ لَهُ بِدُعَاءٍ يَكُونُ
لَهُ فِيهِ فَضْلٌ؟ " فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: أَنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ. فَقَالَ: "ادْنُ" فَدَنَا، فَقَالَ: "مَنْ أَنْتَ؟ "
فَتَسَمَّى لَهُ الْأَنْصَارِيُّ، فَفَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالدُّعَاءِ، فَأَكْثَرَ مِنْهُ. فَقَالَ أَبُو رَيْحَانَةَ:
فَلَمَّا سَمِعْتُ مَا دَعَا بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قُلْتُ أَنَا رَجُلٌ آخَرُ. فَقَالَ: "ادْنُ". فَدَنَوْتُ.
فَقَالَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: فَقُلْتُ: أَنَا أَبُو رَيْحَانَةَ. فَدَعَا
بِدُعَاءٍ هُوَ دُونَ مَا دَعَا لِلْأَنْصَارِيِّ، ثُمَّ قَالَ: "حُرِّمَت
النَّارُ عَلَى عَيْنٍ دَمِعَت -أَوْ بَكَتْ-مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَحُرِّمَتِ
النَّارُ عَلَى عَيْنٍ سَهِرَتْ فِي سَبِيل اللَّهِ".
Disebutkan
bahwa telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab. telah menceritakan
kepada kami Abdur Rahman ibnu Syuraih ia pernah mendengar Muhammad ibnu Syamir
Ar-Ru'aihi mengatakan bahwa ia mendengar Abu Amir Al-Bujairi. Imam ahmad
mengatakan selain dirinya menambahkan Abu Ali al-Hanafi yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Abu Raihanah mengatakan kami (sahabat) pernah bersama Nabi
Saw. dalam suatu peperangan, di suatu malam kami mendaki tempat yang tinggi,
lalu kami menginap padanya, dan kami merasa sangat dingin. Hingga aku melihat
ada seseorang yang menggali tanah, lalu ia masuk ke dalamnya dan menutup bagian
atas galian dengan tamengnya. Ketika Rasulullah Saw. melihat sebagian orang ada
yang berbuat demikian, maka beliau berseru: 'Siapakah yang mau menjaga kita
malam ini, maka aku akan berdoa untuknya dengan doa yang membuamya mendapat
keutamaan.' Maka ada seorang lelaki dari kalangan Ansar berkata,
"Akulah. wahai Rasulullah.' Rasulullah Saw. bersabda, 'Kemarilah.'
Lelaki itu mendekat kepada Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bertanya,
"Siapakah kamu? Lelaki itu menyebutkan namanya, bahwa dia dari
kalangan Ansar. Lalu Rasulullah Saw. memulai doanya dan banyak berdoa
untuknya." Abu Raihanah melanjutkan kisahnya, bahwa setelah ia mendengar
apa yang didoakan oleh Nabi Saw., maka ia berkata, "Akulah orang
berikutnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Kemarilah kamu."
Aku mendekat kepadanya dan beliau bertanya, "Siapakah kamu?"
Aku menjawab, "Abu Raihanah." Rasulullah Saw. membacakan doa lain
yang berbeda dengan doa yang telah beliau ucapkan buat orang Ansar tadi.
Sesudah itu beliau Saw. bersabda: Neraka diharamkan atas mata yang
mengeluarkan air mata atau menangis karena takut kepada Allah. Neraka
diharamkan atas mata yang begadang karena bersiaga di jalan Allah.
Imam
Nasai meriwayatkan sebagian darinya, yaitu: "Diharamkan neraka,"
hingga akhir hadis, melalui Ismah ibnul Fadl, dari Zaid ibnul Hubab dengan
lafaz yang sama. Juga dari Al-Haris ibnu Miskin, dari Ibnu Wahb, dari Abdur
Rahman ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama dan lebih lengkap. Imam Nasai dalam
kedua riwayat tersebut mengatakan dari Abu Ali Al-Bujaini.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Turmuzi.
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيّ،
حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ عُمَر، حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ رزَيق أَبُو شَيْبة،
حَدَّثَنَا عطَاء الْخُرَاسَانِيُّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاح، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "عَيْنان لَا تَمَسُّهما النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ
اللَّهِ، وَعَيْنٌ باتت تَحْرُسُ في سبيل الله".
Dinyatakan
bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, telah
mencerkakan kepada kami Bisyr ibnu Ammar dan telah menceritakan kepada kami
Syu'aib ibnu Zuraiq atau Syaibah, dari Ata Al-Khurrasani, dari Ata ibnu Abu
Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: Ada dua macam mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka,
yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang begadang
semalaman karena berjaga di jalan Allah.
Kemudian
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya
melainkan hanya melalui hadis Syu'aib ibnu Zuraiq.
Imam
Turmuzi mengatakan bahwa dalam bab ini terdapat sebuah hadis melalui Usman dan
Abu Raihanah.
Menurut
kami, kedua hadis tersebut telah kami sebutkan di atas.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلان، حَدَّثَنَا
رِشْدين، عن زَبّان عن سهل بن معاذ عَنْ أَبِيهِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" مَنْ حَرَس مِنْ وَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مُتَطَوِّعًا
لَا بِأُجْرَةِ سُلْطَانٍ، لَمْ يَرَ النَّارَ بِعَيْنَيْهِ إِلَّا تَحِلَّة
القَسَم، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا}
Disebutkan
bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan
kepada kami Rasyidin, dari Ziyad, dari Sahl ibnu Mu'az. dari ayahnya (yaitu
Mu'az ibnu Anas), dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa
yang berjaga di barisan belakang kaum muslim dengan suka rela, bukan dengan
gaji dari sultan, niscaya ia tidak akan melihat neraka dengan kedua matanya
kecuali hanya untuk membebaskan diri dari sumpah, karena sesungguhnya Allah
Swt. telah berfirman, "Dan tidak ada seorang pun dari kalian,
melainkan mendatangi neraka itu" (Maryam: 71).
Hadis
ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
Hadis
lain diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahih-nya, dari Abu Hurairah
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَم وَعَبْدُ
الخَميصة، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِط، تَعس وانتكَسَ،
وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَش طُوبَى لعَبدٍ آخذٍ بِعِنَانِ فَرَسه فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، أشعثَ رأسُهُ، مُغَبَّرةٍ قَدَمَاهُ، إِنْ كَانَ فِي الْحِرَاسَةِ كَانَ
فِي الْحِرَاسَةِ، وَإِنْ كَانَ فِي السَّاقة كَانَ فِي السَّاقَةِ، إِنِ
اسْتَأْذَنَ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ، وَإِنْ شَفَع لَمْ يُشفَّعْ"
Celakalah
pengabdi dinar, pengabdi dirham, dan pengabdi perut; jika diberi, suka; jika
tidak, marah; celaka dan hinalah dia; dan apabila terkena duri, semoga saja
durinya tidak dapat dicabut.
Beruntunglah seorang hamba yang memegang kendali kudanya di jalan Allah dalam
keadaan rambut yang awut-awutan dan kedua kakinya berdebu. Jika ia berada di
dalam pos penjagaan, maka ia berada di pos penjagaan; dan jika ia bertugas di
belakang pasukan, maka ia berada di belakang pasukan. Jika meminta izin, ia
tidak diberi izin; dan jika meminta pertolongan, maka ia tidak diberi
pertolongan.
Demikianlah
akhir hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah ini yang sudah kami
ketengahkan, hanya bagi Allah-lah segala puji atas nikmat-nikmat-Nya yang
berlimpah dan berlalunya tahun dan hari-hari.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan
kepada kami Mutarrif ibnu Abdullah Al-Madini, telah menceritakan kepada kami
Malik ibnu Zaid ibnu Aslam yang menceritakan bahwa Abu Ubaidah pernah mengirim
surat kepada Umar ibnul Khattab untuk memperingatkan adanya sejumlah besar
pasukan Romawi dan hal-hal yang perlu dikhawatirkan berupa ancaman dari mereka.
Maka Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. membalas suratnya yang isinya mengatakan,
"Amma Ba'du, sesungguhnya betapapun seorang hamba yang mukmin menempati
suatu tempat yang kritis, niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar baginya
sesudah itu. Karena sesungguhnya sekali kesulitan itu tidak akan dapat
mengalahkan dua kemudahan. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: 'Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kalian beruntung' (Ali lmran: 200).'
Hal
yang sama diriwayatkan oleh Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam autobiografi Abdullah
ibnul Mubarak melalui jalur Muhammad ibnu Ibrahim ibnu Abu Sakinah yang
menceritakan, telah mengimlakan kepadaku Abdullah ibnul Mubarak bait-bait syair
berikut di Tarsus, lalu aku berpamitan kepadanya untuk berangkat. ia
mengirimkannya kepada Al-Fudail ibnu Iyad melaluiku. hal ini terjadi
pada tahun 170 Hijriah. Menurut riwayat yang lain terjadi pada tahun 177
Hijriah. Bait-bait syair tersebut ialah:
يَا
عابدَ الْحَرَمَيْنِ لَوْ أبْصَرْتَنا ... لَعَلمْتَ أنكَ فِي العبادِة تلعبُ ...
مَنْ
كَانَ يَخْضِبُ خدَّه بدموعِه ... فَنُحورنا بِدِمَائِنَا تَتَخضَّب ...
أَوْ
كَانَ يُتْعِبُ خَيْلَه فِي باطلٍ ... فخُيولنا يومَ الصبِيحة تَتْعبُ ...
ريحُ
العبيرِ لَكُمْ ونحنُ عبيرُنا ... وَهجُ السنابِك والغبارُ الأطيبُ ...
ولَقَد
أَتَانَا مِنْ مَقَالِ نَبِيِّنَا ... قَوْلٌ صَحيح صَادِقٌ لَا يَكْذبُ ...
لَا
يَسْتَوِي وَغُبَارَ خَيْلِ اللَّهِ فِي ... أَنْفِ امْرِئٍ ودخانَ نَارٍ تَلْهَبُ ...
هَذَا
كِتَابُ اللَّهِ يَنْطق بَيْنَنَا ... لَيْسَ الشهيدُ بمَيِّت لَا يَكْذبُ ...
Hai ahli ibadah di tanah haramain (dua
kota suci), sekiranya engkau melihat kami, niscaya engkau mengetahui bahwa
engkau dalam ibadahmu bermain-main. Wahai orang yang membasahi pipinya dengan
air matanya, maka leher kami berlumuran dengan darah kami. Apakah dia
melelahkan kudanya dalam kebatilan, tetapi kuda-kuda kami pada hari peperangan
kelelahan. Bau wewangian adalah bagi kalian, sedangkan bau kami ialah debu-debu
teracak kuda, dan debu memang lebih wangi. Dan sesungguhnya telah datang kepada
kami sebagian dari sabda Nabi kami, yaitu sabda yang benar, sahih, dan tidak
dusta. (Bahwa) tidak sama menurut penciuman seseorang antara debu kuda (di
jalan) Allah dengan asap neraka yang menyala-nyala. Ini adalah Kitabullah yang
berbicara di antara kita tanpa dusta, bahwa orang yang mati syahid itu tidak
mati.
Muhammad
ibnu Ibrahim melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menjumpai Al-Fudail ibnu Iyad
di Masjidil Haram dengan membawa surat dari Abdullah ibnul Mubarak. Setelah ia
membaca surat tersebut, kedua matanya mengalirkan air mata, lalu berkata,
"Memang benar apa yang dikatakan oleh Abu Abdur Rahman (nama julukan
Abdullah ibnul Mubarak). Ia telah menasihati diriku." Kemudian ia
bertanya, "Apakah kamu termasuk orang yang biasa menulis hadis?" Aku
menjawab, "Ya." Ia berkata, "Tulislah hadis berikut sebagai
imbalan dari apa yang engkau bawakan kepadaku dari Abu Abdur Rahman."
Al-Fudail ibnu Iyad mengimlakan kepadaku hadis berikut, bahwa telah
menceritakan kepada kami Mansur ibnul Mu'tamir, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah r.a.:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلمني
عَمَلًا أَنَالُ بِهِ ثَوَابَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ:
" هَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُصَلِّي فَلَا تَفْتُر وتصومَ فَلَا تُفْطِر؟
" فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا أضْعَفُ مِنْ أَنْ أَسْتَطِيعَ
ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "
فَوالَّذي نَفْسِي بِيَدِه لَوْ طُوقْتَ ذَلِكَ مَا بلغتَ الْمُجَاهِدِينَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَوَمَا عَلمتَ أَنَّ الْفَرَسَ الْمُجَاهِدَ ليَسْتَنُّ فِي
طِوَله فَيُكْتَبُ لَهُ بِذَلِكَ الْحَسَنَاتُ"
Bahwa
ada seorang lelaki bertanya. "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku
suatu amal yang dengan melaluinya aku dapat memperoleh pahala orang-orang yang
berjihad di jalan Allah." Maka Rasulullah Saw bersabda, “Apakah
engkau mampu melakukan salat tanpa henti-hentinya dan puasa tanpa
berbuka.' Lelaki itu menjawab, "Wahai Rasulullah, aku adalah orang
yang sangat lemah untuk mampu melakukan hal tersebut." Kemudian Nabi Saw.
bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, seandainya engkau mampu secara paksa melakukan hal tersebut.
engkau masih belum mencapai tingkatan orang-orang yang berjihad di jalan Allah,
Apabila kamu tidak tahu bahwa sesusungguhnya kuda yang dipakai itu benar-benar
dipergunakan di jalan Allah, maka dicatatkan bagi pemiliknya pahala kebaikan.
Firman
Allah Swt.:
{وَاتَّقُوا اللَّهَ}
dan
bertakwalah kepada Allah. (Ali
Imran: 200)
Yakni
dalam semua urusan dan dalam semua keadaan kalian. Seperti yang dikatakan oleh
Nabi Saw. kepada sahabat Mu'az ketika beliau mengurusnya ke negeri Yaman,
yaitu:
"
اتَّق اللَّهَ حَيْثُما كُنْتَ وأتْبع السيئَة الْحَسَنَةَ تَمْحُها وَخَالِقِ
النَّاسَ بخُلق حَسَنٍ ".
Bertakwalah
kamu kepada Allah di mana pun kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan yang baik dan berakhlaklah terhadap orang lain dengan akhlak yang
baik.
{لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ}
supaya
kalian beruntung. (Ali Imran: 200)
Yaitu
di dunia dan akhirat.
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, dari Muhammad ibnu
Ka'b Al-Qurazi, bahwa ia pernah mengatakan sehubungan dengan firman Allah Swt.:
dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung. (Ali Imran: 200)
Takutlah kalian kepada-Ku dalam hal-hal yang ada antara Aku dengan kalian,
supaya kalian beruntung besok bila kalian bersua dengan-Ku.
Telah
selesai tafsir surat Ali Imran, dan hanya milik Allah-lah segala puji dan
anugerah. Kami memohon kepada Allah, semoga Dia mematikan kita dalam keadaan
berpegang kepada Al-Qur'an dan sunnah. Amin.
آخَرُ تَفْسِيرِ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ